Kajian Timur Tengah

Beranda » HTI » Dokumen Abu Dhabi

Dokumen Abu Dhabi

New Release 2013

Prahara Suriah

New Release (2013)

"journey to iran"
"doktor cilik"
"princess nadeera"
"doktor cilik"
ahmadinejad

Mungkin gambar 10 orang, orang berdiri dan teks yang menyatakan 'KOTA PANLING TALKSHOW DOKUMEN ABU DHABI 100% Beriman 100% Urang Band fatigo PROMUN'

Hari Sabtu tanggal 3 Des yll, saya hadir di acara Talkshow “Dokumen Abu Dhabi” dengan tagline “100% beriman, 100% urang Bandung”. Pembicara selain saya, ada Romo Aloy (belum pernah saya ketemu Romo se-funky [gaul/rame/unconventional] ini 😃 ), ada Prof Koerniatmanto yang meskipun prof pakar hukum, tapi ternyata suka melempar candaan lucu, dan ada si cantik Christine, seorang arsitek, foto model, dan aktivis kerukunan umat dari Bandung. Oiya, ada Pak Bambang, Kepala Kesbangpol Bandung juga (mewakili Pak Walikota yang batal hadir).

Diskusi hari itu dipandu dengan seru oleh moderator, Kang Wawan, yang susah ditebak, kapan serius, kapan becandanya. (Blio ini ketua Jaringan Kerja Antar Umat Beragama -Jakatarub). Walhasil kami sering tertawa-tawa sepanjang acara, padahal yang dibicarakan ya isu-isu yang -mungkin- di kalangan lain dianggap sensi.

Saat itu, tentu tidak terbayang, bahwa hari Rabunya, 7 Desember, akan ada aksi teror bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar, Bandung. Ada seorang polisi yang gugur (Alfaatihah untuk almarhum). Selain itu, 9 polisi dan seorang warga (perempuan) yang terluka, semoga mereka segera sembuh kembali. Aamiin..

Aksi terorisme adalah aksi kekerasan dengan target perubahan politik. Spirit Dokumen Abu Dhabi adalah upaya mengajak seluruh umat manusia untuk kembali pada nilai-nilai kemanusiaan. Apapun agamanya, kita semua ini adalah bersaudara dalam kemanusiaan. Kekerasan atas nama agama, padahal sebenarnya bertujuan politik, uang, dan kekuasaan, jelas SALAH.

Tentu, bicara soal terorisme. tidak bisa disamakan dengan bicara soal Islam saja. Paus Francis sendiri dalam salah satu pidato beliau tanggal 1 Juli 2016 mengatakan, “Selalu ada kelompok kecil fundamentalis. Kami pun memilikinya. Saya pikir tidak adil mengindetikkan Islam dengan kekerasan. Ini tidak fair.”

[Tambahan dari saya, di Israel pun, yang terjadi adalah sekelompok orang yang mengatasnamakan agama Yahudi untuk melakukan penjajahan atas Palestina. Banyak Rabbi Yahudi yang menentang proyek Zionisme yang bawa-bawa agama mereka. Ironisnya, bangsa Palestina yang melawan -kemerdekaan adalah hak segala bangsa- malah dikatain teroris oleh kaum Zionis ini.]

Dokumen Abu Dhabi (The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together) adalah pernyataan bersama yang ditandatangani oleh Paus Francis dan Sheikh Ahmed el-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar, pada 4 Februari 2019 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

[Menariknya, Paus Francis sama sekali tidak ragu menyebut Yaman dalam pidatonya di acara penandatanganan Dokumen Abu Dhabi itu. Intinya, beliau meminta semua pihak menghentikan perang karena sudah terlalu banyak orang yang menderita akibat perang, termasuk di Yaman. Nah, yang membombardir Yaman sejak 2015 sampai sekarang, kan Saudi dan Uni Emirat Arab. Sungguh ironis juga, rezim Saudi dan UAE yang Muslim itu membunuhi saudaranya sendiri, sesama Arab dan Muslim.]

Peristiwa bersejarah ini tanggal 4 Februari itu kemudian pada tahun 2020 ditetapkan oleh PBB sebagai “International Day of Fraternity” (Hari Persaudaraan Internasional).

Apakah ini upaya Kristenisasi Muslim atau Islamisasi Gereja? Tentu tidak. Seperti dikatakan oleh Romo Aloy, setiap pemeluk agama harus tetap taat pada ajaran agama masing-masing. Jadi, “menyamakan” semua agama itu salah juga. Ini pula yang disampaikan Paus Francis dalam pidato menjelang keberangkatan ke Abu Dhabi, “…[dokumen ini] mengkonfrmasi bahwa kita ini bersaudara meskipun kita BERBEDA.”

Poin inilah yang menurut saya PENTING, yaitu pengakuan dan penerimaan bahwa perbedaan itu sah dan wajar saja. Tapi, dalam perbedaan itu kita tetap bisa bersatu dalam memperjuangkan nilai-nilai kebaikan universal yang memang diterima semua agama, yaitu keadilan, perlindungan pada kaum yg tertindas, kaum perempuan yang termarjinalkan, kaum miskin, dll. Poin-poin itu semua tercantum dalam Dokumen Abu Dhabi ini.

Yang juga jadi catatan saya, dalam sebuah pidatonya Paus Francis pernah memuji Dr. Al Tayeb yang sangat mendorong intrafaith dialog (dialog di antara umat agama yang sama). Kata seorang narasumber di BNPT (dalam obrolan informal), ada survei yang menemukan bahwa umat Islam di Indonesia lebih bisa menerima umat non-Muslim, dibanding dengan menerima sesama Muslim yang beda mazhab.

Makanya kan, di Suriah itu, proyek kaum teroris (ISIS, Al Qaida-Al Nusra, Ikhwanul Muslimin-FSA) bawa-bawa isu Sunni-Syiah, yang ternyata “sukses” memporak-porandakan satu negara. Dukungan kepada para teroris itu datang dari berbagai penjuru dunia, baik suplai pasukan maupun dana.

Artinya, upaya adu domba antarmazhab juga harus diwaspadai. Di Indonesia, dukungan kepada para teroris (yang dikasih label “mujahidin”) sangat besar (tanya aja pada para pengepul donasi itu, kalau ga percaya; betapa besarnya duit yang mereka keruk selama 10 tahun perang teroris “jihadis” vs pemerintah Suriah ).

Nah, Syekh Ahmad Ath-Thayyeb ini termasuk salah satu ulama besar dunia yang terus menyuarakan persaudaraan sesama Muslim. Saat datang ke Indonesia tahun 2016, beliau menegaskan bahwa umat Islam Ahlussunah bersaudara dengan umat Islam Syiah.

Saya copas dari web Antara:

“Sunni dan Syiah adalah saudara,” terang Syekh Ath-Thayyeb saat dimintai pandangannya oleh Dirjen Bimas Islam Machasin saat melakukan pertemuan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Senin (22/02). Hadir dalam kesempatan ini, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin serta sejumlah ulama dan tokoh cendekiawan muslim. [1]

Dalam talkshow Dokumen Abu Dhabi ini, seorang peserta mengusulkan agar di Bandung juga dibuat Dokumen Bandung yang ditandatangani oleh semua umat beragama, baik intrafaith maupun interfaith. Tujuannya tentu agar Bandung selalu damai, tidak ada lagi aksi-aksi kekerasan atas nama agama.

Menurut saya, ide ini sangat baik. Kita bisa tetap 100% beriman pada keyakinan kita masing-masing, tapi tetap bersahabat baik dan bekerja sama dalam kebaikan dengan semua orang. Kita perlu memahami bahwa bukan agama yang bikin orang berkonflik atau bahkan perang, tetapi para politisi dan penjahat perang yang berkedok agamalah yang memunculkan konflik itu demi kepentingan mereka. Karena itu -ini pesan saya- selain belajar agama masing-masing, pelajari juga geopolitik 🙂

Demikian sedikit catatan saya. Terima kasih kepada mb Andra Wahyu dari Vox Point Indonesia dan Dr. Liona (Dekan FH Unpar) yang menjadi tuan rumah acara bagus ini.

[1] https://kalteng.antaranews.com/…/syekh-al-azhar-sunni…

Arsip 2007 ~ Sekarang

%d blogger menyukai ini: