Kajian Timur Tengah

Beranda » Amerika » Perjalanan ke Tehran (3)

Perjalanan ke Tehran (3)

New Release 2013

Prahara Suriah

New Release (2013)

"journey to iran"
"doktor cilik"
"princess nadeera"
"doktor cilik"
ahmadinejad

Pertanyaan terbesar saat datang ke Tehran (saya juga pergi ke beberapa kota lainnya) adalah: seberapa aman Iran? Bukankah di sana kabarnya ada demo besar-besaran antipemerintah?

Selain ke Tehran, saya juga pergi beberapa kota yang lain. Yang saya saksikan, situasi aman-aman saja. Perempuan lalu-lalang seperti biasa (terakhir saya ke Iran tahun 2017). Cuma bedanya, kali ini, ada perempuan-perempuan tidak berjilbab yang lalu-lalang. Dulu, tidak ada yang demikian. Kalau dulu, banyak yang pakai jilbab jambul (pakai pashmina/kerudung, tapi rambutnya tetap terlihat sebagian), tapi tidak ada yang benar-benar buka jilbab.

Tapi, secara umum, di jalanan, di tempat-tempat publik, di pasar, bahkan di hotel (yang cenderung lebih privat; apalagi di hotel elit), jumlah perempuan yang tidak berjilbab dibanding yang tetap berjilbab (meski jilbab jambul), ya jauh lebih banyak yang berjilbab.

Artinya, meski sudah bebas (dalam arti, penegakan aturan berjilbab tidak ketat lagi.. tapi dulu pun emang ga ketat, yang jilbab jambul sangat banyak di jalanan dan tempat-tempat publik), kebanyakan kaum perempuan di sana ya tetap memilih pakai jilbab.

Saat saya naik pesawat antarkota, pramugarinya berkata, “Selamat datang di kota xxx… kami menganjurkan Anda untuk tetap menjaga syariat Islam dalam berpakaian… dst.”

Tapi, saya lihat, sepesawat itu, ada 3 orang perempuan yang benar-benar buka jilbab sedangkan yang lain tetap berjilbab, baik yang rapi maupun yang berjambul.

Sejak dulu pun situasi di Iran sebenarnya santai saja. Perempuan bebas lalu lalang di tempat publik. Saya juga sempat kuliah setahun di Tehran University, dan kami sekelas ya berbaur saja laki-laki dan perempuan. Mahasiswi perempuan malah jauh lebih judes dan cerewet saat berdebat dengan dosen laki-laki dan sesama mahasiswa.

Di foto, Anda lihat, posisi duduk saya berbaur di tengah kaum laki-laki. Kameramen di acara ini, sebagian besar malah perempuan, dengan membawa kamera-kamera besar. Saya sempat memotret mereka, tapi hasilnya gelap. Saya saat itu sedang kurang fit jadi males banget berfoto-foto. Untung ada foto-foto dari kantor berita ISNA ini.

Lalu, demo-demo yang diberitakan itu bagaimana? Pertama, ya, pernah ada demo-demo, tapi jumlahnya tidak signifikan, ini sama saja dengan demo-demo di negara lain. Di banyak negara, ada saja aksi demo kan. Tapi, bedanya, aksi demo di Iran ini diblow up sedemikian masif oleh media Barat, pasukan siber dikerahkan secara aktif, sehingga jadi trending topic berminggu-minggu. Seleb-seleb medsos yang aktif memprovokasi publik Iran agar turun ke jalan menolak jilbab dan antipemerintah, adalah mereka yang tinggal di AS dan dibiayai oleh AS (misalnya, Masih Alinejad).

Kultur Iran itu emang tukang demo. Ini diakui juga oleh lembaga think tank AS, Brookings. Jadi, mereka tu emang gampang diajak turun ke jalan. Nah, setelah warga yang antipemerintah berdemo (dan rusuh, merusak infrastruktur, bahkan membunuh aparat keamanan), warga yang pro-pemerintah juga turun ke jalan, jumlahnya jauh lebih masif (tapi kan ga diblow up sama media Barat dan media lokal tukang copy-paste).

Ini beda kultur dengan di Indonesia. Misalnya, ada demo anti-Jokowi. Nah yang pro-Jokowi kan banyak (mungkin jauh lebih banyak), tapi mereka ga demo turun ke jalan untuk menunjukkan dukungan pada Jokowi, paling ngomel di medsos doang.

Lalu, di kawasan perbatasan (provinsi Kurdistan Iran, yang berbatasan dengan Kurdistan Irak), gerakan separatisme bersenjata diaktifkan, suplai senjata masuk. Aksi-aksi teror terjadi, dilakukan oleh anggota MEK. MEK (Mujahidin el Khalq) adalah organisasi teroris yang beranggotakan orang-orang Iran yang memanfaatkan kawasan Irak sebagai basis aksi teror, tapi para pimpinannya berlindung (dan dibiayai) di negara-negara Barat. AS awalnya juga memasukkan MEK dalam list organisasi teroris, tapi kemudian menghapus dari list dan mendukungnya.

Militer Iran sudah mengerahkan pasukan dan tank-tanknya ke perbatasan dan melakukan serangan-serangan ke markas-markas teroris MEK di Kurdistan-Irak. Tapi pemerintah Irak tidak menganggapnya sebagai serangan terhadap negara Irak (jadi, secara resmi Iran dan Irak tidak berperang).

Demikian sedikit cerita oleh-oleh dari Iran.

Iklan

Arsip 2007 ~ Sekarang

%d blogger menyukai ini: