Beranda » Irak
Category Archives: Irak
Absurditas ICC

Copas twitter @dina_sulaeman
1/Mahkamah Pidana Internasional (ICC) merilis surat perintah penangkapan Putin dengan alasan “Rusia mendeportasi anak-anak Ukr ke Rus” Krn Rusia (juga AS, Israel, China, dll) bukan negara yg mengakui yurisdiksi ICC, keputusan ICC itu tidak berdampak bg Rusia.
2/Absurditas 1: Ukr timur (Donbass) dihuni oleh warga beretnis Rusia. Sjk 2014 Donbass dibombardir oleh rezim Kiev (etnis Ukraina). Operasi militer Rus adalah utk m’bantu Donbass. Ketika anak2 di sana dievakuasi oleh Rus, dibawa ke Rus, dibilang kejahatan oleh ICC. Sebaliknya…
3/..saat AS mlakukan kjahatan perang di Irak, ada 500ribu anak2 tewas (ini diakui jg oleh rezim AS ), wartawan brtanya pada Menlu AS saat itu, Albright: “..setengah juta anak [Irak] telah tewas. …itu lbh banyak drpd anak2 yg tewas di Hiroshima..apa ini ‘harga’ yang sepadan?”
4/Albright menjawab “… ini pilihan yg sulit, tapi ‘harga’ ini, kami pikir, sepadan” [the price is worth it] Sepadan dg apa? Dg target AS yang saat itu ingin menggulingkan Saddam Husein; jadi 500ribu anak tewas demi agenda ini, no problem. Apakah ICC bertindak? NO, tidak. https://www.newsweek.com/watch-madeleine-albright-saying…
(lebih…)Nestapa Gempa Suriah (3)
-Peta Kontrol Suriah-
Supaya lebih paham ada apa dan siapa di Suriah, berikut ini secara singkat saya jelaskan dengan menggunakan peta.
Daerah merah: dikuasai “pemberontak” (rebel) dan militer Turki. Yang dimaksud pemberontak (atau kadang media Barat menyebut “oposisi”) adalah Free Syrian Army (FSA) tapi sejak 2017 berganti nama jadi SNA (Syrian National Army). Turut bergabung dengan SNA : milisi teror Jaysh al-Islam, Faylaq al-Rahman, dan faksi teroris yang sebelumnya menguasai Ghouta timur. Semua “pemberontak” ini berhaluan Ikhwanul Muslimin, dan mereka didukung oleh Turki.
Daerah kuning: dikuasai “jihadis” (maksudnya, HTS), yang berhaluan Al Qaida. Tapi sesungguhnya, melihat ideologi dasar semua faksi (baik Al Qaida, maupun Ikhwanul Muslimin) sama saja, menghalalkan kekerasan demi kekuasaan dan menggunakan narasi-narasi agama (“jihadis”) dan pengkafiran pihak lawan. Makanya seringkali, untuk memudahkan, penyebutan untuk mereka disamakan saja, misal disebut “Al Qaida” saja atau “jihadis” saja.
(lebih…)20 Tahun yang Lalu: Kebohongan AS soal Irak

Kebohongan AS, yang disebarluaskan ke seluruh dunia melalui media-medianya (lalu dicopas-terjemah oleh media-media lokal di berbagai negara, termasuk INDONESIA) sebenarnya sudah berkali-kali terbongkar.
Dua puluh tahun yang lalu, pada 5 Februari 2003, Menteri Luar Negeri AS Colin Powell duduk di depan anggota Dewan Keamanan PBB. Powell menyampaikan “bukti-bukti” mengenai keberadaan senjata pembunuh massal di Irak.
“Setiap pernyataan yang saya buat hari ini didukung oleh sumber-sumber yang solid,” kata Powell. Ia menunjukkan foto pengintaian, peta, bagan , dan bahkan rekaman percakapan telepon antara anggota senior militer Irak.
Berbekal kedok adanya senjata pembunuh massal itulah, AS “demi menyelamatkan dunia” menyerang Irak, menggulingkan Saddam Husein, dan sampai hari ini masih bercokol di sana.
Setelah 1 juta orang Irak tewas, barulah AS mengakui bahwa TIDAK ADA senjata pembunuh massal itu.
Yang paling menyebalkan adalah media-media tukang copas-terjemah, sebagian netizen Indonesia (termasuk para seleb medsos dan buzzer; baik dari kubu liberal maupun kubu “yang paling beriman”) selalu pura-pura lupa dengan sejarah ini, dan terus menjadi corong penyambung kebohongan AS.
Kalau kamu cinta Indonesia, kamu harus paham geopolitik, paham siapa kawan siapa lawan, serta kritis pada kebohongan yang disebarluaskan, baik atas nama “kebebasan” ataupun atas nama “surga.”
Qassem

Di postingan saya sebelumnya, terlihat kondisi Aleppo saat ini. Siapa sebenarnya yang melawan ISIS dan milisi teror afiliasi Al Qaida dan Ikhwanul Muslimin di Aleppo, dan kota-kota lain di Suriah (dan Irak)?
Apakah AS, yang mengaku mengirim pasukan ke Irak dan Suriah demi melawan ISIS?
Tidak, yang melawan ISIS (dan teroris lain) di Irak dan Suriah adalah rakyat Irak dan Suriah sendiri. Mereka (dari berbagai agama, dan mazhab) bahu-membahu berjuang bersama tentara nasional mereka, demi membela tanah air mereka.
Tapi, siapa yang mempimpin operasi/serangan dari milisi-milisi sukarelawan rakyat yang ingin membela negeri itu? Jawabannya ada di video ini. Dan orang tersebut, justru dibunuh oleh AS, yang mengaku melawan ISIS dan mengobarkan “perang melawan terorisme”.
—
Yang mengaku antiterorisme/antiradikalisme, tapi tidak/belum paham kaitannya dengan konflik Suriah, silakan membaca buku saya, gratis download, Prahara Suriah dan Salju di Aleppo https://ic-mes.org/category/e-book/
Kebohongan

Media massa korporasi (jaringan media mainstream) terbukti menyebarkan kebohongan soal Irak (ingat kasus “Nayirah” di Perang Teluk I, lalu kisah “senjata pembunuh massal” di Perang Teluk II) dan soal Suriah (baca buku saya Prahara Suriah dan Salju di Aleppo)
Juga, soal c*vid. Baru-baru ini, dalam sebuah dengar pendapat soal C*vid di Parlemen Uni Eropa, anggota parlemen Belanda Rob Roos, menanyai seorang eksekutif senior Pfizer, Janine Small.
“Apakah vaksin Pfizer Covid diuji dulu, apa benar bisa menghentikan penularan virus, sebelum vaksin itu dilepas/dijual ke pasar? Jika tidak, tolong katakan dengan jelas. Jika ya, apakah Anda bersedia berbagi data dengan kami? Saya benar-benar menginginkan jawaban langsung, ya atau tidak,” kata Bob Roos.
Janine Small, pejabat di Pfizer, menjawab:
(lebih…)China Daily tentang perkembangan terbaru Saudi-Iran(mengutip pendapat saya)

Pada KTT yang dipimpin Dewan Kerjasama Teluk baru-baru ini di Jeddah, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal Bin Farhan mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan antara negaranya dan Iran telah positif, dan bahwa tangan Saudi diperluas ke Iran untuk mencapai hubungan normal.
Dan, “Irak memiliki peran penting dan mendasar dalam mendorong negosiasi ke depan dengan cara yang membuat kami dapat melanjutkan pembicaraan ini,” menteri luar negeri Saudi seperti dikutip oleh Rudaw, sebuah kelompok media di Wilayah Kurdistan Irak.
Dina Yulianti Sulaeman, direktur Indonesia Center for Middle East Studies, mengatakan kepada China Daily bahwa para pemimpin Saudi kali ini “bersikap lebih rasional” karena mereka menyadari bahwa kekuatan hegemonik Amerika Serikat tidak lagi berfungsi sebaik “sebelumnya”.
Selengkapnya:
George W. Bush “Mengakui” Kejahatannya

Mantan Presiden AS, George W Bush, dalam sebuah pidatonya mengatakan, “Rusia telah melakukan invasi yang sepenuhnya tidak dapat dibenarkan dan brutal ke IRAK.”
Yang dia maksud tentu saja Ukraina. Bush salah bicara, lalu ia pun mengoreksi, “Maksud saya.. Ukraina..” Tapi kemudian, ia seolah bercanda, “Irak juga…”
Lalu, hadirin di ruangan itu tertawa.
Benar-benar orang-orang yang tidak punya hati nurani.
(lebih…)