Beranda » Lebanon – Hezbollah
Category Archives: Lebanon – Hezbollah
Pasukan GARUDA di Lebanon

Tuhan kadang memberikan hiburan dengan cara yang unik. Saya melakukan perjalanan jauh dari tanah air dalam keadaan berduka cita. Suasana hati saya murung terus. Lalu, tiba-tiba, suatu hari, dari kejauhan saya melihat beberapa tentara perdamaian PBB dengan helmet biru khas mereka. Saya bisa melihat, ada bendera merah putih di lengan bapak-bapak itu. Wah, itu pasti Pasukan Garuda, pikir saya. Dengan penuh semangat saya lambai-lambaikan tangan, “Indonesia! Indonesia!”
Dua orang Pasukan Garuda mendekat ke saya dan kami berbicara beberapa saat. Mereka terlihat muda, gagah, dan penuh percaya diri. Saya merasa senang sekali, benar-benar senang, entah mengapa. Mungkin karena bertemu dengan saudara sebangsa, di tempat yang sangat jauh dari tanah air. Mungkin juga karena bangga melihat dua pemuda Indonesia yang gagah berani menjaga perdamaian di daerah konflik ini. Mungkin gabungan keduanya.
(lebih…)Cerita dari Beirut (5)
“Khiam Detention Center”

Salah satu situs yang saya kunjungi di Lebanon adalah Penjara Khiam. Penjara ini, dulu dikenal sangat mengerikan karena orang-orang yang dipenjara di sana disiksa dengan cara-cara yang sangat brutal.
Awalnya, kompleks bangunan Khiam ini berfungsi sebagai barak militer, dibangun oleh Prancis tahun 1933 (saat itu Prancis berstatus sebagai penguasa “mandat” atas Lebanon). Lokasinya di atas bukit di kawasan Lebanon selatan. Jadi, perjalanan menuju ke Khiam dari Beirut kita naik ke arah perbukitan, di kanan jalan terlihat lautan Mediterrania yang birunya indah banget (beda dengan laut lain yang saya lihat sebelumnya). Di kiri jalan, terlihat bukit-bukit dengan perumahan di atasnya (jadi rumah/gedung apartemen di sana seperti vila, ada di perbukitan.
Dari lokasi penjara Khiam yang ada di atas bukit, kita bisa melihat ke bawah: dataran tinggi Golan dan jalur Galilee yang kini diduduki Israel. Tahun 1943, setelah Lebanon merdeka dan Prancis angkat kaki, barak Khiam dikuasai militer Lebanon. Tahun 1982, Israel menginvasi dan menduduki Lebanon selatan. Tahun 1985, Khiam dikuasai Zionis dan milisi Lebanon (South Lebanese Army-SLA) yang bekerja sama dengan Zionis. Barak ini kemudian difungsikan sebagai penjara dan pusat penyiksaan terhadap para pejuang Lebanon yang melawan pendudukan Israel.
(lebih…)Cerita dari Beirut (4)

Sekarang, cerita yang ringan-ringan saja. Suatu pagi, saya berkesempatan jalan-jalan, ditemani oleh dua mahasiswi Indonesia yang kuliah di University of Tripoli, sekitar 50 km dari Beirut. Saya sempat nitip belikan kartu telpon Lebanon ke mereka. Harganya 20 USD, tapi 3 hari, kuotanya habis dan saya terpaksa mengandalkan wifi hotel lagi. Berbahagialah kita di Indonesia yang biaya internetnya murah banget.
Tujuan awal kami, mau ziarah ke makam Imam Auza’i. Imam Al-Auza’i adalah ulama besar Ahlussunnah yang hidup di tahun 706-774 M. Saya copy dari Wiki: “Al-Auza’i adalah nisbah ke daerah Al-Auza’, salah satu wilayah di Damaskus. Menurut Adz-Dzahabi, dia adalah seorang “Syaikh Islam, ‘alim dari Syam.” Dia bertempat-tinggal di Al-Auza’, sebuah kampung kecil di daerah Bab al-Faradis, di dekat Damaskus, kemudian dia pindah ke Beirut hingga meninggal di sana.”
(lebih…)Cerita dari Beirut (3)

Dengan diantar Hendri, mahasiswa S2 Indonesia di Beirut, saya sempat datang ke kamp Pengungsi Palestina Sabra-Shatila. Kamp ini saat ini tidak hanya dihuni oleh pengungsi Palestina, tetapi juga Suriah. Rekamannya silakan lihat di video. Di dalam kamp rupanya ada sekolah (madrasah) informal untuk anak-anak pengungsi ini, yang didirikan oleh Muhammadiyah.
Mengenai kisah Sabra Shatila, saya copas terjemahan saya atas tulisan Dr. Ang Swee Chai.
Tiga puluh lima tahun yang lalu, ketika Israel menyerbu Beirut Barat, milisi Kristen Lebanon memasuki kamp pengungsi Palestina Sabra dan Shatila di Beirut Barat. Selama tiga hari, pasukan Israel menyegel kamp dan mengizinkan mereka membantai beberapa ribu pengungsi. Saya saat itu adalah seorang ortopedik muda yang mengundurkan diri dari Rumah Sakit St. Thomas di London untuk bergabung dengan tim medis Christian Aid, membantu mereka yang terluka selama invasi Israel ke Lebanon beberapa bulan sebelumnya.
Beirut dikepung. Air, makanan, listrik dan obat-obatan diblokir. Invasi tersebut menyebabkan ribuan orang tewas dan terluka, dan membuat sekitar 100.000 orang kehilangan tempat tinggal. Saya diperbantukan ke Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina untuk memimpin departemen ortopedi di Rumah Sakit Gaza di kamp Sabra dan Shatila di Beirut Barat.
Saya bertemu para pengungsi Palestina di rumah mereka yang dibom dan mempelajari bagaimana mereka bisa menjadi pengungsi di salah satu dari 12 kamp Palestina di Lebanon itu. Sebelumnya, saya tidak tahu bahwa orang Palestina itu ada. Mereka mengingat bagaimana mereka diusir dari rumah mereka di Palestina pada tahun 1948, seringkali dengan todongan senjata. Mereka melarikan diri dengan harta apa pun yang bisa mereka bawa dan akhirnya menjadi pengungsi di negara-negara tetangga, seperti Lebanon, Yordania, dan Suriah.
(lebih…)Cerita dari Beirut (2)

Acara penyerahan Palestine Prize dilaksanakan di Beirut tanggal 2 November. Selain para sastrawan yang menang dan meraih penghargaan (berupa piala dan uang), dalam acara ini diundang juga tokoh, akademisi, dan aktivis pro-Palestina. Antara lain, ada Dr. Tim Anderson mantan dosen University of Sidney. Beberapa bulan yll, gara-gara menulis tentang Palestina, Dr. Tim dipecat sebagai dosen. Dia kemudian mengajukan tuntutan ke pengadilan, dan menang (hakim memutuskan bahwa universitas tidak boleh memecatnya, karena ada ‘kebebasan akademik’). Ada juga Leila Khaled, veteran pejuang Palestina dari FPLP; serta beberapa aktivis pro Palestina dari Afrika, dan AS. Hadir juga dalam acara ini, Menteri Kebudayaan Lebanon, Mohammad Mortada.
Para sastrawan yang meraih penghargaan Palestine Prize:
Kategori memoar: Munir Shafiq (Palestina), Abu Ala Mansur (Palestina), Rafat al-Burini (Palestina)
Kategori cerita pendek: Sina Kamil Sha’lan (Palestina, mengungsi ke Yordania), Turiyat al-Huriya, Raeda Ali Ahmad (Lebanon)
(lebih…)Cerita dari Beirut (1)

Tanggal 31 Oktober yll saya berangkat ke Beirut, Lebanon, sendirian. Saya ke sana untuk menghadiri acara puncak pemberian Penghargaan International Palestina untuk Sastra (Palestine International Prize for Literature) atau disingkat “Palestine Prize” yang berlangsung tanggal 2 November di Beirut.
Karena karya-karya sastra (yang berisi kisah tentang Palestina) berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, saya sejak awal digagasnya Palestine Prize ini sudah berstatus sebagai anggota dewan juri yang mewakili Asia Tenggara. Lebih lanjut, akan saya ceritakan di postingan no (2).
Yang jelas, rencananya 2 tahun lagi, akan ada lagi pemberian penghargaan ini. Para novelis, penulis puisi, dan buku anak-anak dari Indonesia yang ingin karyanya diikutkan dalam penilaian (dan berkesempatan untuk meraih penghargaan Palestine Prize) bisa kontak saya mulai dari sekarang. Semoga dua tahun lagi, ada karya dari Indonesia yang menang.
Demikian dulu sebagai permulaan. Banyak sekali yang ingin saya ceritakan, tapi dicicil dikit-dikit, masih jetlag
Pelaku Utama Kejahatan di Muka Bumi

Ini sama sekali bukan teori konspirasi, buktinya sudah sangat banyak. Artikel jurnal, buku, makalah, laporan riset, sangat banyak mengungkap bahwa AS telah melakukan kejahatan kemanusiaan di berbagai penjuru dunia, baik secara langsung ataupun melalui proxy (kaki-tangan)-nya.
Intisari dari video ini (bahwa AS adalah pelaku utama kejahatan di muka bumi sambil menuduh pihak lain sebagai pelanggar HAM) sudah sering disampaikan pemimpin Iran, Suriah, ataupun pimpinan Hez.
Menarik disimak, narasi yang sama disampaikan oleh jubir Kemenlu China, Zhao Lijian (wakil direktur Departemen Informasi Kementerian Luar Negeri Tiongkok), dengan mengenang kejahatan kemanusiaan yang dilakukan AS di beberapa negara Asia.
(untuk WNI yang tinggal di AS tidak perlu sensi, yang dibahas ini kan elit/pemerintah, bukan rakyat.)
Logika?

Di kolom komen, banyak yang nanya “logika”: gimana logikanya ada neo-Nazi di Ukraina? Presidennya Yahudi!
Mereka pikir, saya ga tau kalau Zelensky Yahudi. Padahal sebelum mereka nyolot begitu, saya sudah menulis “Israel dan Ukraina.” Di situ saya jelaskan, Zelensky ini Yahudi-Zionis (pro-Israel). Saya ulangi lagi: tidak semua Yahudi pro-Zionis.
Soal keberadaan neo Nazi, sudah saya bahas di postingan sebelumnya, lengkap dengan link sumber.
Sekarang soal logika.
Logikanya adalah: wani piro (berani bayar berapa?)
(lebih…)Israel Kembali Menyerang Suriah

Tanggal 15 Desember 2021, sekitar pukul 12:50 waktu setempat, “Israel melakukan serangan udara dengan beberapa rudal ke arah Golan dan menargetkan beberapa posisi di selatan,” demikian dilaporkan kantor berita Suriah -SANA, hari Kamis (16 Des).
Pertahanan udara Suriah berhasil menembak jatuh sebagian besar rudal. Serangan tersebut menyebabkan kematian seorang tentara Suriah dan kerusakan material.[1]
(lebih…)