Kajian Timur Tengah

Beranda » Libya

Category Archives: Libya

Rezim-Rezim Arab Berdamai dengan Suriah, Apa Kabar Simpatisan Jihadis di Indonesia?

Karikatur yang dibuat oleh Latuff ini sangat tepat memotret apa yang sesungguhnya terjadi di Timur Tengah. Peta konflik Timteng sejak dulu -saya sudah berkali-kali bilang- adalah: AS+Israel versus Iran. Lalu, AS menggunakan powernya untuk menekan rezim-rezim Teluk agar mau memusuhi Iran. Isu yang dipakai, tak lain Sunni vs Syiah, atau “ekspor revolusi” atau khayalan soal “bulan sabit Syiah.”

Ketika power AS menurun, rezim-rezim Arab mulai terlihat rasional. Mereka mulai menormalisasi atau meningkatkan hubungan bilateral dengan Iran. Mereka yang masih ngoceh “Sunni vs Syiah” (atau ngotot mengusung ilusi “bulan sabit Syiah”), maaf aja, benar-benar buta geopolitik.

Selain berbaikan dengan Iran, rezim-rezim Arab juga mulai menormalisasi hubungan dengan Suriah. Liga Arab pada tahun 2011 memecat Suriah dari keanggotaan, lalu menarik dubes-dubes mereka. Republik Indonesia yang tetap setia, tidak pernah menutup kedubesnya di Suriah. (Bravo pemerintah RI!)

(lebih…)
Iklan

Setelah berbulan-bulan vakum, akhirnya bisa mulai bikin video Kajian Timur Tengah lagi di Youtube.

ATAS NAMA DEMOKRASI

Berikut ini copas thread/utas saya di Twitter. Kalau baca langsung di Twitter, ada bbrp video.

1/ Sebelas tahun yll, tepatnya 20 Oktober 2011, pemimpin Libya Moammar Qaddafi dibantai oleh (sebagian kecil) rakyatnya sendiri. Sebagian kecil rakyat ini punya kekuatan utk melawan pemerintah karena dibantu oleh NATO.

2/ Seperti dikatakan Clare Daly (di tweet 1), NATO menyerang Libya dengan alasan menegakkan demokrasi, kebebasan, dan HAM. Qaddafi dikenal diktator (oleh lawan politiknya, tentu saja), tapi di saat yg sama, dia mendirikan pemerintahan sosialis yg mengalokasikan anggaran sangat…

3/besar untuk rakyatnya (sekolah, rumah sakit, universitas dan berbagai layanan umum gratis, makanan dan BBM disubsidi sangat besar, dll). Hasilnya, rakyat Libya menjadi paling makmur se-Afrika. Human Development Index-nya tertinggi se-Afrika.

4/Suara oposisi memang ditekan, tapi siapa sih oposisinya? Antara lain: IKHWANUL MUSLIMIN. Pusat gerakan IM ada di Benghazi dan di kota itu pula muncul aksi-aksi demo anti pemerintah, berlanjut angkat senjata melawan pemerintah. Siapa yang membantu para “demonstran” ini?

5/Tak lain, Qatar. Qatar juga yang membantu IM di Suriah untuk angkat senjata melawan pemerintahan Bashar Assad. Qatar adalah rezim monarkhi. Mau menegakkan DEMOKRASI? Memberikan kebebasan kepada PEREMPUAN? [jargon para liberalis pro-AS: prp “berhak atas tubuhnya sendiri”]

(lebih…)

Operasi Penggulingan Rezim di Iran (2)

Upaya AS menggulingkan rezim di Iran tidak dilakukan baru-baru ini saja, melainkan sejak awal berdirinya Republik Islam Iran tahun 1979 (melalui referendum, bukan keinginan sepihak dari elit).

Selain NED (sudah dibahas di 2 postingan sebelumnya), ada lembaga-lembaga lain yang berperan penting dalam operasi penggulingan rezim-rezim yang tidak dikehendaki AS. Antara lain, International Crisis Group (ICG) dan Brookings Institution. NED, ICG, dan BI berperan dalam mendorong perubahan rezim di berbagai negara, termasuk Libya, Suriah, dan Iran.

Sekedar info, mantan Sekjen PBB, Kofi Annan, yang pernah ditugasi menjadi mediator perdamaian di Suriah, adalah trustee (penasehat) di ICG, bersama tokoh-tokoh Zionis, seperti George Soros, Zbigniew Brzezinski, dan Shimon Peres. Baik NED, ICG, Brookings, dan lain-lain, didanai oleh Big Oil (Conoco-Philips, Chevron, ExxonMobil), Coca Cola, Bank of America, Microsoft, Standard Chartered, Citigroup, Hilton, McDonald, GoldmanSach, dll.)

(lebih…)

Jumping Conclusion

https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/665771811553804

Info yang disebarluaskan: Mahsa Amini meninggal karena disiksa/dibunuh polisi.

Kesimpulan yang disebarluaskan: di Iran perempuan direpresi, artinya, Iran itu “kadrun”, dan karena itu, sistem pemerintahan Islam harus dibubarkan.

Ini adalah “jumping conclusion” atau pengambilan kesimpulan yang meloncati tahap-tahap verifikasi yang seharusnya dilakukan sebelum mengambil kesimpulan.

Ini persis narasi kelompok radikal:

Ferdy Sambo membunuh Brigadir J. Kata radikalis, “Tuh lihat! Polisilah pelaku teror yang sesungguhnya! Radikal-radikul itu narasi rezim belaka! Bubarkan rezim Jokowi!”

(lebih…)

Gimana Kabar “Jihadis” dari Suriah di Ukraina?

https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/1406270366471099

Beberapa waktu yll saya menulis soal pengiriman “jihadis” dari Suriah. Sumbernya Al Mayadeen. Nah, ada komentator nyinyir soal foto (karena Al Mayadeen ternyata pakai foto lama, tapi sebenarnya, kalau pakai logika, informasi pengiriman “jihadis” ini kan diam-diam, jadi memang tidak/belum ada fotonya). Lalu ada juga yang nyinyir karena Al Mayadeen memasukkan info yang salah soal pertemuan Putin dengan pemimpin Jerman.

Saya sudah menuliskan update info di status tsb (mengoreksi soal foto dan soal pertemuan Putin).

Tapi, yang PALING PENTING DIPERHATIKAN adalah: benarkah ada pengiriman “jihadis” dari Idlib ke Ukraina?

(lebih…)

Antara Afghanistan, Libya, Suriah, dan Palestina

https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/430823678307054

[Poin penting: homebase Al Qaida adalah Afghanistan dan Al Qaida (berdiri 1998) menggunakan Afghanistan untuk mendirikan kamp-kamp pelatihan mereka atas seizin rezim Taliban yang berkuasa di pada era 1996-2001.]

Gerakan Al Qaida ada di berbagai penjuru dunia, termasuk di Suriah, Libya, bahkan Indonesia. Nama yang dipakai beda-beda di tiap negara.

Di Libya, Al Qaida bernama Libyan Islamic Fighting Group (LIFG). Pendirinya bernama Abdelhakim Belhaj. Al Qaida Libya mengadakan aksi-aksi demo anti-Qaddafi dan melakukan berbagai serangan bersenjata, yang tentu saja dilawan tentara pemerintah. Tapi yang muncul: tuduhan bahwa Qaddafi melakukan pembunuhan massal.

Upaya penggulingan Qaddafi ini didukung AS. Dewan Keamanan PBB mengizinkan NATO untuk “mengambil langkah yang diperlukan.” Dan NATO pun membombardir Libya. Alasannya: untuk menyelamatkan bangsa Libya dari kediktatoran Qaddafi.

(lebih…)

Sumber Ideologi Teror Bisa Muncul dari Banyak Hal

Saya miris membaca berbagai komen yang merendahkan Islam, ketika ada yang membahas terorisme di medsos. Bahkan postingan donasi untuk NTT saja ditunggangi untuk melancarkan hate speech pada umat Muslim.

Benar bahwa berbagai aksi teror di berbagai tempat, terutama sejak perang Suriah, dilakukan atas nama Islam. Di Suriah ada ratusan milisi teror yang mengaku Muslim, antara lain ISIS. Saya pun sudah menulis sangat banyak tulisan membongkar perilaku para teroris ini, juga 2 buku tentang Suriah.

Tapi yang sering (sengaja) dilupakan oleh mereka yang menghina-hina umat Islam, adalah: siapakah korban terbanyak terorisme itu dan siapa yang paling berdarah-darah dalam perang melawan teror di Irak dan Suriah? Jelas kaum Muslim sendiri. Rakyat Irak dan Suriah bahu-membahu bersama militer mereka dalam perang-perang melawan ISIS (dan kelompok teror lain).

(lebih…)

Laith Marouf

Laith Marouf (seorang penulis yang aktif memberitakan konflik di berbagai penjuru dunia), menulis status (saya terjemahkan):

“Setelah 2011, Imperium [kekuatan kapitalis Barat] mengambil cadangan senjata mereka di Libya dan Ukraina lalu menyerahkannya kepada Al Qaida dan ISIS untuk menghancurkan Suriah. Ketika senjata-senjata itu tidak cukup, Imperium mengambil semua persediaan senjata dari negara-negara eks Soviet yang berada di bawah kendalinya, dan memindahkannya ke Suriah. Ketika tidak cukup juga, setiap pabrik senjata dari Ukraina hingga Beograd memproduksi senjata hingga kapasitas maksimum untuk memenuhi kebutuhan pasukan Contras [pasukan “jihadis”]; yang sekarang juga diaktifkan di Yaman. Setiap hari pesawat mendarat di Turki, Yordania, Irak dan Saudi; membawa 100 ton senjata dan menyebabkan kematian lebih dari setengah juta warga Suriah dan Yaman dalam 8 tahun.”

Kebetulan saya (dan kolega) pernah menulis artikel jurnal yang membahas pelanggaran perjanjian internasional mengenai penjualan senjata, yang dilakukan oleh sejumlah negara, yang digunakan untuk aktivitas terorisme di Suriah. Dengan kata lain, statusnya Laith ini terkonfirmasi di artikel saya itu.

Silahkan dibaca bila tertarik. Artikel berbahasa Indonesia ya, judul di web otomatis yang muncul B. Inggris.

https://ic-mes.org/jurnal/index.php/jurnalICMES/article/view/17

Template

Seorang mahasiswa bertanya, setelah kita mempelajari geopolitik Timur Tengah, apa pelajaran yang bisa kita ambil sebagai rakyat Indonesia?

Jawaban saya singkat: pelajari polanya, template-nya. Lihat siapa power yang berkepentingan untuk mendistribusi ruang (dengan segenap sumber daya alamnya) di Timteng, lalu selidiki, apakah aktor-aktor yang sama juga “bermain” di Indonesia?

Berikut ini saya copas tulisan lama saya soal Suriah. Mungkin nama-nama orang dan organisasi yang saya sebut ini tidak ‘terlihat’ di Indonesia. Apalagi keterbukaan informasi di negeri kita sangat minim, terlalu banyak info yang kita tidak tahu, jadi sulit mengidentifikasi siapa saja yang ‘bermain’ (kecuali bila kita orang lapangan, bisa masuk ke ‘dalam’). Tapi dengan sedikit kerajinan ‘melacak’, minimalnya bisa ketemu jejaringnya di Indonesia dan memperkirakan apakah template yang sama sedang dipakai di Indonesia.

***

The NGOs

Berbagai NGO (Non-Government Organization) atau LSM, bersama lembaga-lembaga “think tank” (pusat studi) memiliki rekam jejak dalam upaya penggulingan rezim di berbagai penjuru dunia. Di Mesir, misalnya, aksi-aksi demo penggulingan Mobarak dimotori oleh aktivis LSM yang dilatih oleh AS (melalui Freedom House dan National Endowment for Democracy/NED) agar mahir menggalang massa dan mengelola isu. FH dan NED juga bermain di Suriah. Bedanya, bila di Mesir aksi demo bisa tereskalasi (jumlah pendemo sangat masif) sehingga Mobarak terguling dengan mudah, di Suriah modus ini gagal total. Yang muncul malah demo tandingan yang jauh lebih masif, menunjukkan dukungan kepada Assad. Kejadian sama juga terlihat di Libya, aksi demo tidak pernah tereskalasi, bahkan yang terjadi demo luar biasa besar di Tripoli mendukung Qaddafi. [1]

Ada lagi LSM bernama CANVAS, yang memberikan pelatihan berbagai strategi revolusi kepada para aktivis yang ingin menggulingkan rezim di negara mereka. Para pendukung dana CANVAS adalah lembaga-lembaga terkemuka seperti United States Institute for Peace (USIP) yang didanai Kongres AS, New Tactics (didanai Ford Foundation dan Soros Foundation), dan lain-lain. Foreign Policy melaporkan, selama enam bulan pertama tahun 2012, 40 aktivis oposisi Syria mengadakan pertemuan di Jerman yang dikoordinir oleh USIP untuk merancang bentuk dan agenda pemerintahan pasca-Assad.

Nah karena aksi demo “damai” tidak berhasil di Libya dan Suriah, masuklah para “jihadis” untuk melakukan “tugas” mereka. Kali ini tentu saja mereka tidak membawa isu demokrasi, melainkan khilafah (dan khusus di Suriah, mereka membawa isu Sunni-Syiah, yang terbukti sangat efektif dalam menggalang pasukan dan dana dari kaum Muslim di berbagai penjuru dunia). Untuk Libya, terbukti, setelah Qaddafi tumbang, tidak ada khilafah, meski bendera Al Qaida sempat berkibar-kibar di gedung pemerintah. Kapitalis Barat berpesta pora menguasai sumber daya alam sementara sebagian rakyat sibuk bertempur satu sama lain; sebagian lagi mengungsi ke negeri-negeri jauh dan banyak yang mati di tengah jalan.

Jadi, dalam menganalisis soal Suriah, penting untuk menoleh tajam ke arah NGOs dan think-tank yang berkeliaran di sana (atau bersuara berisik dari luar negeri). Di awal konflik, Amnesty International dan Federation of Human Rights (FHR) menggalang aksi demo massa di jalanan Paris dengan membawa bendera Suriah era mandat Prancis (hijau-putih-hitam). FHR didanai oleh NED. Mantan Sekjen PBB, Kofi Annan, yang awalnya ditugasi menjadi mediator perdamaian di Syria, ternyata adalah trustee (penasehat) di International Crisis Group (ICG), bersama tokoh-tokoh Zionis, seperti George Soros, Zbigniew Brzezinski, dan Shimon Peres. Brooking Institution juga berperan, antara lain menerbitkan desain perubahan rezim di Libya, Suriah, dan Iran. Baik NED, ICG, Brooking, dll, didanai oleh Big Oil (Conoco-Philips, Chevron, ExxonMobil), Coca Cola, Bank of America, Microsoft, Standard Chartered, Citigroup, Hilton, McDonald, GoldmanSach, dll. (Goldman Sachs dan Rockefeller juga berada di belakang Médecins Sans Frontières, relawan di bidang medis, yang ‘bermain’ di Suriah).

Ada dua LSM yang sering sekali dikutip media Barat (dan media jihad), Syrian Observatory of Human Rights dan Syrian Network of Human Rights yang berkantor di Inggris. Keduanya seolah paling tahu atas setiap serangan, jumlah korban, nama-nama, dan berbagai hal soal Suriah (dan datanya jelas beda dengan data yang dimiliki media-media alternatif). Donaturnya, Uni Eropa dan Soros. Silahkan browsing, rekam jejak Soros dan upaya penggulingan rezim di berbagai negara, terutama Eropa Timur (juga penggulingan Soeharto). Soros juga ada di balik CANVAS. Aliran dana untuk the White Helmets (yang juga mengaku ‘relawan medis’), juga terlink dengan Soros.

See the template, follow the money.

***
[1] video bisa lihat di sini: https://dinasulaeman.wordpress.com/2016/05/04/prahara-aleppo-3-tamat/