Beranda » Mesir
Category Archives: Mesir
Cerita dari Beirut (1)

Tanggal 31 Oktober yll saya berangkat ke Beirut, Lebanon, sendirian. Saya ke sana untuk menghadiri acara puncak pemberian Penghargaan International Palestina untuk Sastra (Palestine International Prize for Literature) atau disingkat “Palestine Prize” yang berlangsung tanggal 2 November di Beirut.
Karena karya-karya sastra (yang berisi kisah tentang Palestina) berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, saya sejak awal digagasnya Palestine Prize ini sudah berstatus sebagai anggota dewan juri yang mewakili Asia Tenggara. Lebih lanjut, akan saya ceritakan di postingan no (2).
Yang jelas, rencananya 2 tahun lagi, akan ada lagi pemberian penghargaan ini. Para novelis, penulis puisi, dan buku anak-anak dari Indonesia yang ingin karyanya diikutkan dalam penilaian (dan berkesempatan untuk meraih penghargaan Palestine Prize) bisa kontak saya mulai dari sekarang. Semoga dua tahun lagi, ada karya dari Indonesia yang menang.
Demikian dulu sebagai permulaan. Banyak sekali yang ingin saya ceritakan, tapi dicicil dikit-dikit, masih jetlag
Ukraina adalah Suriah yang Lain (2)

Bagian ini sebenarnya adalah copas dari tulisan saya tahun 2014 yang judulnya “L’Ukraine est une autre Syrie” (Ukraina adalah Suriah yang Lain). Memahami peristiwa 2014 penting untuk mengikuti apa yang terjadi hari ini.
—
Kerusuhan di Ukraina (2014) terlihat jelas menggunakan template atau cetakan yang sama dengan Suriah. L’Ukraine est une autre Syrie. Ukraina adalah Suriah yang lain.
Kehadiran tokoh Zionis-Prancis, Bernard-Henri Levy, di depan lautan manusia yang memenuhi Maidan –singkatan dari Maidan Nezalezhnosti atau Lapangan Kemerdekaan—di Kiev, menjadi simbol utama kesamaan template itu. Levy adalah seorang makelar perang. Dia dulu memprovokasi masyarakat Barat untuk ‘membantu’ rakyat Suriah menggulingkan Assad (sebelumnya, juga hadir di Libya, di depan para demonstran anti-Qaddafi).
Kini di Kiev, dia berpidato berapi-api, menyeru rakyat Ukraina, “Les gens de Maidan, vous avez un rêve qui vous unit. Votre rêve est l’Europe!” (wahai orang-orang Maidan, kalian punya mimpi yang mempersatukan kalian. Mimpi kalian adalah Eropa!)
(lebih…)Daraa

Karena besok saya akan webinar, membahas hoaks (saya khusus bahas hoaks Suriah, narsum lain, bahas topik lain), saya jadi teringat pada kisah kota Daraa.
Dulu, di akhir tahun 2011, saya pernah menulis soal Daraa, kota tempat dimulainya aksi-aksi demo menentang Bashar Assad. Banyak yang menyamakan aksi demo ini dengan aksi demo di negara-negara Timteng lainnya di masa yang sama (Arab Spring). Padahal tidak, yang terjadi di Suriah berbeda (demikian pula Libya).
Di Daraa, sebelum aksi demo yang menurut media Barat “damai”, senjata-senjata sudah disiapkan, masuk dari Jordan. Tentara-tentara berbahasa non-Arab sudah berdatangan di perbatasan Jordan-Suriah. Lalu, ketika terjadi bentrokan antara polisi dan demonstran, media Barat (dan media-media nasional di Indonesia yang cuma modal copas-terjemah) dengan sangat masif menyebarluaskan narasi: Assad diktator, membantai rakyatnya sendiri.
(lebih…)Menyoal Donasi untuk Palestina

Karena sedang “rame” soal donasi untuk Palestina, saya merasa perlu berkomentar nih..
Tanggapan saya:
1. Publik sudah banyak yang tahu “cerita” soal donasi Suriah selama 10 tahun terakhir, yang SEBAGIAN terbukti jatuh ke tangan pemberontak/teroris Jaysh al Islam, kebetulan diliput oleh Euro News Channel [1]. Sebagian pengepul donasi Suriah pun jelas-jelas berafiliasi dengan para pemberontak/teroris ini (terlihat dari bendera FSA yang mereka kibarkan saat mengumpulkan donasi).
Pengalaman ini seharusnya dijadikan momentum oleh pihak berwenang untuk mulai melakukan AUDIT yang JELAS untuk setiap penggalangan donasi, untuk isu apapun.
Kebaikan dan kedermawanan bangsa Indonesia perlu dilindungi oleh pemerintah melalui regulasi dan pengawasan yang ketat.
Audit yang JELAS itu: bukan sekedar kata-kata dan foto bukti transfer: “sudah kok, disampaikan ke lembaga anu.” Atau sekedar foto beberapa orang Palestina pegang dus bantuan.
(lebih…)Untuk yang berminat membaca artikel-artikel kajian Timur Tengah, silakan download gratis di web ini.
https://ic-mes.org/jurnal/index.php/jurnalICMES/issue/view/6
Judul:
1. Peranan Diplomat Indonesia dalam Memperjuangkan Palestina di PBB (Masa Presidency of the UNSC Mei 2019) oleh Teuku Rezasyah
2. Penggunaan Leksikon Allāh Sebagai Ekspresi Tuhan: Pengaruh Budaya Arab dalam Penerjemahan Bibel Ke Bahasa Arab oleh Yuangga Kurnia Yahya
3. Perbandingan Nitaqat dan Tawteen: Kebijakan Ketenagakerjaan di Arab Saudi dan Uni Emirat Arab oleh Safira Novia Safitry dan Agus Haryanto
4. Perbedaan Pandangan Politik antara Al Azhar dan Ikhwan Al Muslimin dalam Merespon Kudeta Militer Tahun 2013 oleh Muhammad Anas dan Yon Machmudi
5. Security Dilemma dalam Ketegangan AS-Iran Pasca Serangan Kapal Tanker di Teluk Oman oleh Fenny Rizka Salsabila dan Dina Yulianti.
Untuk yang punya naskah, bisa kirim juga ke jurnal ini. Untuk edisi Juni 2020, naskah paling lambat disubmit tgl 20 April.
Video: Turki Menggunakan Pengungsi Sebagai Senjata
Penggunaan pengungsi/migran sebagai senjata untuk menekan negara lain bukan hal baru. Anda bisa baca di artikel Kelly Greenhil, Weapons of Mass Migration: Forced Displacement as an Instrument of Coercion; Strategic Insights, v. 9, issue 1 (2010).
Di video ini terihat jelas bagaimana Turki menggunakan pengungsi untuk menekan Uni Eropa agar mau membantunya mempertahankan Idlib (supaya tidak diambil alih oleh Suriah; padahal Idlib adalah wilayah Suriah). Akibatnya, hari ini Yunani menghadapi krisis pelanggaran perbatasan yang terorganisasi, masif, dan ilegal yang dibacking oleh Turki.
Hal yang jadi catatan dari arus pengungsi dari Turki ke Yunani:
-Yunani sepertinya dipilih jadi “korban” karena negara inilah yang menolak NATO membantu Turki di Idlib.
-Kebanyakan pengungsi yang dilepas adalah laki-laki muda, kuat, dan sebagian terlihat eks milisi teror (lihat video)
-Kebanyakan pengungsi yang dilepas adalah non Suriah, melainkan: Afghanistan, 64%, Pakistan, 19%, Iraq, Iran, Morocco, Ethiopia, Bangladesh, Egypt: 5.4%, Τurki, 5%, Suriah, 4% dan Somalia, 2.6% (sumber data: https://bit.ly/2VYzawW)
Sumber video: akun jubir pemerintah Yunani, Stelios Petsas https://bit.ly/3aF3Y9Y
Ikhwanul Muslimin dan Amnesia Soal Syiah
Histeria para pendukung Erdogan di video yang kemarin saya share link-nya sungguh membuat saya ‘takjub’. Luar biasa fanatisme dan pengkultusan mereka pada sosok Erdogan. Mereka ngamuk dan marah luar biasa karena di video itu ditunjukkan bukti-bukti digital hubungan ‘mesra’ Erdogan dan Israel. Padahal sumber video itu adalah Al Arabiya (milik Arab Saudi) dan Al Ain (milik Uni Emirat Arab). Sebagian besar, marahnya dengan memaki-maki “Syiah”. Lho, emangnya Al Arabiya dan Al Ain itu televisinya Iran? [1]. Televisi Mesir juga ikut mengungkap kerjasama Erdogan-Israel [2]. Tapi mereka juga ngamuk dengan memaki Syiah. Sejak kapan Mesir jadi Syiah?
Saya akan cerita secara singkat latar belakang dari fenomena ini.
Begini, para pemuja fanatik Erdogan ini umumnya orang-orang Ikhwanul Muslimin (IM). IM berjejaring secara transnasional, mereka ada di berbagai negara. Di sebagian negara, mereka sukses menyebarkan pengaruh dan membuat partai. Di Indonesia mereka berhasil membuat PKS. Tapi kini sesama PKS juga berantem, kabarnya bakal ada partai “PKS Perjuangan”.
Di Turki, ada “Partai Keadilan dan Pembangunan” (AKP) yang dipimpin Erdogan. Awalnya, AKP sering mengaku pro Barat dan pro ekonomi liberal (bertahun-tahun berusaha masuk ke dalam Uni Eropa); tapi di saat yang sama memberikan banyak dukungan kepada aktivitas IM. Sejak Erdogan mengadu peruntungannya dengan mendukung penggulingan Bashar Al Assad, warna IM di AKP semakin terkuak.
Pernyataan Syekh Hassoun tentang Qassem Soleimani
Saya pertama kali mendengar (via youtube) orasi Mufti Agung Suriah, Syekh Dr. Ahmad Badreddin Hassoun (ulama Aswaja) ini ketika beliau berorasi menjelang pemakaman anaknya, Sariya, mahasiswa Hubungan Internasional yang gugur dibom oleh teroris Al Qaida (Oktober 2011).
Dalam suasana duka yang mendalam, beliau mampu berorasi dengan kalimat-kalimat yang powerful, meski suaranya bergetar menahan dukacita. Antara lain, beliau berkata,
“Wahai para Ulama. Wahai orang-orang yang mulia. Para syeikh Al Azhar, wahai Syeikh Al Qordhowi, wahai yang berdiri dan berkhutbah dan mengeluarkan fatwa untuk membunuh 1/3 rakyat Syria. Kini anakku telah kembali kepada Allah…”
Demo di Irak dan Relasi Iran-Irak
Hari-hari ini Irak dilanda demonstrasi besar. Isu yang diangkat, tak jauh bedalah dengan isu-isu demo di berbagai negara berkembang, yaitu mengecam pemerintah yang dituduh korup, tidak menyediakan lapangan kerja, harga-harga mahal, dan bahkan: memprotes kerjasama Irak dengan China. Mirip ya dengan fenomena di sebuah negara di Asia Tenggara?
Pertanyaannya: mengapa harus bakar-bakaran? Mengapa melakukan perusakan fasilitas umum sehingga akhirnya bentrok dengan aparat? Kelihatan ya, “template” demo-nya? (Baca tulisan saya sebelumnya yang berjudul “template”).
Yang tidak banyak orang tahu: kedutaan besar AS di Baghdad adalah kedutaan yang terbesar yang dimiliki AS di seluruh dunia. Luasnya 42 hektar, dengan staf lebih dari 16.000 orang, termasuk 2000-an diplomat asli AS. Belum kalau dihitung “aktivis” dari berbagai negara asing (setahu saya, dulu juga ada tuh orang Indonesia), yang bebas keluar masuk Irak, blusukan kemana-mana. Yang tidak banyak orang tahu juga: massa diprovokasi melalui medsos, 79% cuitan seruan demo berasal dari Arab Saudi. Tentu media massa Barat tak ketinggalan memanaskan situasi.