Kajian Timur Tengah

Beranda » My Events

Category Archives: My Events

Liga Arab Menerima Kembali Suriah

(Komentar saya di China Daily)

Keputusan Liga Arab untuk memulihkan keanggotaan Suriah menandai kemenangan bagi negara dan wilayah yang dilanda konflik, dan terobosan itu akan membantu Damaskus menormalkan hubungan dengan negara anggota organisasi pan-Arab lainnya, menurut analis.

Pada hari Minggu, menteri luar negeri dari negara-negara Liga Arab memberikan suara pada pertemuan di ibu kota Mesir, Kairo, untuk memulihkan keanggotaan Suriah dalam organisasi tersebut, mengakhiri penangguhan dan isolasi selama 12 tahun. Para menteri juga menyepakati perlunya mengintensifkan upaya “untuk membantu Suriah keluar dari krisisnya” dan mempertahankan kedaulatan, persatuan, stabilitas, dan integritas regionalnya.

(lebih…)
Iklan

[DISKUSI “ISRAEL-PALESTINA: THE NEVER ENDING STORY ]

Halo Bapak/Ibu dan rekan rekan muda, semoga kita semua dalam keadaan sehat.

Fakultas Hukum UNPAR bersama Vox Point Indonesia DPW Kota Bandung akan mengadakan diskusi mengenai hubungan Israel-Palestina.

Sehubungan itu, kami mengundang Bapak, Ibu, dan rekan-rekan muda untuk hadir dalam acara yang akan diselenggarakan pada :

Hari : Sabtu, 13 Mei 2023

Waktu : Pukul 08.30-12.30 WIB

Tempat : Lecture Theater, Lantai 9 Tower Selatan, Gedung PPAG (UNPAR)

Menghadirkan :

Dina Y. Sulaeman (Dosen Hubungan Internasional UNPAD)

Dr. iur. Liona Nanang S.H., M.Hum (Dekan FH UNPAR)

Guntur Romli (aktivis, penulis, politisi)

Felix Irianto (pemerhati Timur Tengah)

Pendaftaran : https://forms.gle/5PBRzBekBv8StXdb9

Ditunggu kehadiran Bapak, Ibu, dan rekan-rekan muda sekalian.

Podcast lagi… soal Palestina vs Israel.

Diskusi saya dg mas Eko Kuntadhi di MindTV

Setahun konflik Rusia vs NATO (di dalamnya ada Ukraina, AS, Eropa Barat)… tapi masih banyak yang belum paham apa yang sebenarnya terjadi.

Pembicaraan di podcast ini pun masih general sebenarnya, perlu dibreakdown lagi di obrolan berikutnya.

The cognitive war against Iran and geopolitical shift

(Dina Sulaeman)

(terjemahan beberapa paragraf pertama)

Hawa terasa beku ketika saya tiba di Teheran pada bulan Desember tahun lalu. Saya datang untuk menghadiri Tehran Dialogue Forum. Polusi Teheran membuat matahari pagi terasa sangat suram, namun pohon Natal di lobi hotel dengan dekorasi warna-warni mengembalikan suasana hati.

Kami kemudian mengikuti rangkaian acara dialog, dan salah satu pembicara, Dr. Kamal Kharrazi, menyebutkan sebuah istilah. Menurutnya, banyak media asing yang terlibat dalam perang melawan Iran dengan mengacaukan opini publik, yang disebut “perang kognitif”.

(lebih…)

Palestina dan Sastra Perlawanan

(Dina Sulaeman)

Dalam artikel akademik yang berjudul “Literature as Resistance” (Sastra sebagai Perlawanan), Ramyabrata Chakraborty (2020) menulis kalimat pembuka seperti ini, “Sastra dapat dilihat sebagai akses ke ruang-ruang yang melampaui penggalian intelektual pamungkas yang dapat mendramatisasi kematian-rasa kita, ketaklukan kita dalam sebuah tindakan perlawanan.” Selanjutnya, Chakraborty membahas karya Mahasweta Devi di mana tokohnya, seorang perempuan bernama Dhouli berproses menjadi suara perlawanan di tengah masyarakat yang dihegemoni laki-laki.

Tokoh-tokoh yang diceritakan dalam karya sastra perlawanan (resistensi) menjadi sumber inspirasi yang mampu menggerakkan banyak orang untuk bangkit menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di sekitar mereka. Karya sastra perlawanan menyampaikan kritik atau menyuarakan suara kaum subaltern, sehingga kemudian membawa kita ke ruang-ruang yang jauh, menggerakkan nurani untuk melakukan apapun yang kita bisa.

Selanjutnya silakan baca di link berikut ini:

Pascakonflik Rusia-Ukraina

(Dina Y. Sulaeman)

“We will win,” demikian kata Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, saat menutup orasinya dalam seminar ekonomi bertajuk “Pasca Konflik Rusia-Ukraina Menuju Multipolarisme” yang diadakan di Bandung 24 Januari lalu.

Keyakinan Vorobieva bukan tanpa alasan. Ia memaparkan data-data bahwa hingga kini pemerintah Rusia berhasil memitigasi dampak perang berkat berbagai kemandirian yang dimiliki negara tersebut, terutama pangan dan berbagai kebutuhan dasar lainnya. Kontraksi ekonomi hanya terjadi 2 persen meskipun Rusia diembargo dari berbagai penjuru; belum pernah ada di dalam sejarah modern ada negara yang disanksi sebanyak yang dialami Rusia saat ini.

Ada isu penting yang diangkat oleh Vorobieva dalam seminar yang diadakan oleh Komite Persahabatan Indonesia-Rusia dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung ini, yaitu konstelasi geopolitik global yang semakin bergeser ke arah multipolarisme. Menurutnya, posisi Rusia saat ini adalah melawan hegemoni Barat, yang dipimpin Amerika Serikat, yang selama ini selalu berusaha menekan negara-negara lain dalam rangka mengeruk kekayaan dan sumber daya alam.

(lebih…)

Perjalanan ke Tehran (3)

Pertanyaan terbesar saat datang ke Tehran (saya juga pergi ke beberapa kota lainnya) adalah: seberapa aman Iran? Bukankah di sana kabarnya ada demo besar-besaran antipemerintah?

Selain ke Tehran, saya juga pergi beberapa kota yang lain. Yang saya saksikan, situasi aman-aman saja. Perempuan lalu-lalang seperti biasa (terakhir saya ke Iran tahun 2017). Cuma bedanya, kali ini, ada perempuan-perempuan tidak berjilbab yang lalu-lalang. Dulu, tidak ada yang demikian. Kalau dulu, banyak yang pakai jilbab jambul (pakai pashmina/kerudung, tapi rambutnya tetap terlihat sebagian), tapi tidak ada yang benar-benar buka jilbab.

Tapi, secara umum, di jalanan, di tempat-tempat publik, di pasar, bahkan di hotel (yang cenderung lebih privat; apalagi di hotel elit), jumlah perempuan yang tidak berjilbab dibanding yang tetap berjilbab (meski jilbab jambul), ya jauh lebih banyak yang berjilbab.

Artinya, meski sudah bebas (dalam arti, penegakan aturan berjilbab tidak ketat lagi.. tapi dulu pun emang ga ketat, yang jilbab jambul sangat banyak di jalanan dan tempat-tempat publik), kebanyakan kaum perempuan di sana ya tetap memilih pakai jilbab.

(lebih…)

Perjalanan ke Tehran (2)

https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/873821443867138

Suhu Tehran 1 derajat Celcius saat saya tiba. Saya cuma membawa jaket tipis karena keberangkatan saya yang mendadak. Saya pulang dari Aceh, tidak balik ke Bandung, tapi stay di Jakarta karena waktu yang mepet. Baju-baju di-laundry ekspres untuk dibawa ke Tehran.

Jaket musim dingin sudah dikirim dari Bandung dengan Si Cepat Best (yang menjanjikan 24 jam sampai), ke hotel saya, tapi ternyata sampai detik-detik saya harus berangkat ke bandara jaket itu tidak sampai juga (benar-benar mengecewakan layanan kurir satu ini, sudah bolak-balik nelpon ke CS, mereka cuma bermanis mulut, tapi tidak ada tindakan apapun.)

Walhasil saya berangkat dengan jaket pinjaman yang tipis (lalu di Tehran pinjam jaketnya teman). Untungnya, karena status tamu VIP, saya tidak pakai jalur umum saat turun pesawat, langsung dijemput mobil khusus kementerian luar negeri, jadi hanya beberapa detik saja kena angin dingin. Tapi segitu juga sudah ambruk (mungkin karena kecapean bepergian terus), saya demam di hari pertama (untungnya, saya bawa herbal sapu jagad, besoknya sudah segar lagi).

(lebih…)