Kajian Timur Tengah

Beranda » NATO (Laman 2)

Category Archives: NATO

Saya diwawancarai oleh jurnalis SCMP ini, pertanyaan ke saya: mengapa kok sebagian netizen Indonesia sepertinya membela Rusia? Saya jawab panjang, tapi sangat wajar jika tidak semuanya dimuat.

Tapi intinya sih, pandangan saya soal respons netizen: orang Indonesia sudah banyak yang melek geopolitik dan tahu bahwa di balik konflik ini aktor utamanya adalah AS. Orang Indonesia sudah banyak yang tahu juga bahwa berbagai konflik di Timteng juga disebabkan oleh AS, misalnya, penggulingan Qaddafi kan dilakukan NATO yang dipimpin AS, “jihadis” di Suriah, kan dibiayai dan dipersenjatai AS, dst.

[Saya tidak bisa buka artikelnya karena harus berlangganan. Catatan saya atas judulnya “mengapa sebagian orang Indonesia mendukung invasi ke Rusia” –> saya pikir yang didukung sebagian netizen Indonesia bukan invasinya; tapi yang disuarakan netizen adalah sikap anti-AS-nya karena paham bahwa di balik semua ini ada tangan AS].

https://www.scmp.com/…/chinese-internet-or-us-foreign…

Mohon maaf postingan sebelumnya saya ralat. Seharusnya yang benar: BEKAS Dubes RI untuk Ukraina, BUKAN DUBES yang saat ini.

====

Sikap “Setuju” Indonesia Atas Resolusi PBB Soal Rusia

Tanggal 2 Maret yll, saya diwawancarai live oleh Tribun. Yang membuat saya terkejut, pewawancara bilang: bekas Dubes Indonesia di Ukraina menyebut bahwa “keberadaan neo-Nazi di Ukraina adalah hoax.” Lalu dia minta konfirmasi dari saya. Tentu saja jelaskan bahwa itu bukan hoax.

Alhamdulillah, saya cukup bangga, karena pendapat saya selama ini (yang saya tulis beberapa kali di FP ini, juga saya sampaikan dalam wawancara dengan Tribun) ternyata terkonfirmasi oleh pernyataan Prof. Hikmahanto Juwana (Guru Besar Hukum Internasional) terbaru.

Beliau menyesalkan sikap “setuju” yang diambil Indonesia atas resolusi Majelis Umum PBB 2 Maret 2022 soal Rusia. Beliau bilang, “…secara tak langsung, Indonesia menentukan tindakan invasi Rusia sebagai salah. Padahal dua negara yang berseteru pasti memiliki justifikasi berdasarkan Piagam PBB dan hukum internasional. Satu hal yang pasti Rusia tidak akan menyatakan dirinya melakukan perang agresi atau serangan terhadap integritas wilayah negara lain.”[1]

(lebih…)

Kasus Ukraina-Rusia dari Perspektif Balance of Power

https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/289616323275797

Konflik ini, kalau dibahas serius, secara akademis, tentu tidak cukup ditulis di status-status FB. Bahkan sejak dari judul saja sudah bikin males “Kasus Ukraina-Rusia dari Perspektif Balance of Power” karena ala skripsi banget (buat sebagian orang).

Tapi saya akan coba jelaskan sedikit saja, secara teoretis gimana sih menganalisis konflik ini? Saya antara lain belajar dari Prof Mearsheimer ini (video ini hanya beberapa menit dari kuliah umum beliau tahun 2015, link versi full di bawah).

Yang perlu dicatat: ketika seorang dosen menganalisis konflik A versus B, TIDAK BERARTI dia mendukung si A atau si B. Analisis itu bisa dipakai untuk apa saja, tergantung pengguna.

Prof Mearsheimer ini, dia menjelaskan dengan tujuan agar para pengambil kebijakan luar negeri AS bisa mengambil kebijakan yang tepat. Bahkan posisi dia adalah: Kalau AS mau tetap berkuasa/dominan di dunia.. seharusnya.. [jadi, dia mengkritik pemerintahnya sendiri bukan dengan tujuan membela Putin, tapi mengajarkan strategi yang tepat untuk menundukkan Rusia.]

(lebih…)

Antara Afghanistan, Libya, Suriah, dan Palestina

https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/430823678307054

[Poin penting: homebase Al Qaida adalah Afghanistan dan Al Qaida (berdiri 1998) menggunakan Afghanistan untuk mendirikan kamp-kamp pelatihan mereka atas seizin rezim Taliban yang berkuasa di pada era 1996-2001.]

Gerakan Al Qaida ada di berbagai penjuru dunia, termasuk di Suriah, Libya, bahkan Indonesia. Nama yang dipakai beda-beda di tiap negara.

Di Libya, Al Qaida bernama Libyan Islamic Fighting Group (LIFG). Pendirinya bernama Abdelhakim Belhaj. Al Qaida Libya mengadakan aksi-aksi demo anti-Qaddafi dan melakukan berbagai serangan bersenjata, yang tentu saja dilawan tentara pemerintah. Tapi yang muncul: tuduhan bahwa Qaddafi melakukan pembunuhan massal.

Upaya penggulingan Qaddafi ini didukung AS. Dewan Keamanan PBB mengizinkan NATO untuk “mengambil langkah yang diperlukan.” Dan NATO pun membombardir Libya. Alasannya: untuk menyelamatkan bangsa Libya dari kediktatoran Qaddafi.

(lebih…)

Absurd

(1)

Kata teman saya, banyak fans Erdogan yang happy banget atas kemenangan Taliban. Saya juga lihat di twitter, akun yang berafiliasi dengan partai you know whatlah itu, yang di saat yang sama, kita juga tahu mereka ini pingin “pinjam” Erdogan buat jadi presiden di Indonesia, juga aktif men-debunk propaganda palsu soal Taliban.

Memang betul sih, banyak info hoax beredar, misalnya, video pembantaian ISIS atau Al Nusra, dibilang Taliban. Menurut laporan PBB, Taliban memang melakukan berbagai aksi kekerasan (di antaranya, pembantaian massal di Mazhar-i Sharif 1998), tapi pakai foto palsu ya tetap salah.

Nah, kepada fans Taliban-yang-juga-fans-Erdogan ini [karena, mungkin aja ada fans Taliban yang bukan fans Erdogan], saya mau kasih info sedikit, tentara Turki tuh hadir di Afghanistan lho, menjadi bagian dari pasukan NATO. Dan NATO ini posisinya adalah MEMBANTU Amerika melawan Taliban dan Al Qaida.

(lebih…)

Mengenang Qaddafi

Tanggal 20 Oktober 2011 adalah hari terbunuhnya pemimpin Libya, Moammar Qaddafi. Ada banyak versi berita tentang Qaddafi. Sangat banyak media yang mengisahkan hal-hal buruk tentangnya.

Namun, untuk cross-check, kita bisa merujuk data dari PBB. Tahun 2010, Libya adalah negara dengan Human Development Index (HDI) tertinggi di Afrika, dan di peringkat 57 dunia. Ini adalah posisi yang jauh lebih baik daripada Indonesia yang pada tahun yang sama, cuma di peringkat 112.

Dalam situs UNDP dicantumkan bahwa pengukuran HDI dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kehidupan manusia, dengan berbasis tiga hal berikut ini: kehidupan yang sehat, panjang umur, dan kreatif; memiliki pengetahuan, serta memiliki akses terhadap sumber daya yang diperlukan untuk memiliki kehidupan yang layak.

(lebih…)

Perang Baru Turki

Situasi kembali memanas di perbatasan Azerbaijan-Armenia.“Aneh”-nya, Turki ikut campur. Sekitar 12 jam sebelum saya menulis status ini, Erdogan menulis di akun Twitternya, “Armenia, yang telah melakukan serangan baru ke Azerbaijan, sekali lagi membuktikan bahwa mereka adalah ancaman terbesar bagi perdamaian dan ketenangan di kawasan itu. Bangsa Turki terus mendukung saudara-saudari Azerbaijan dengan segala cara, seperti yang selalu dilakukannya. “
Konflik antara Azerbaijan-Armenia adalah konflik antara negara mayoritas Muslim melawan negara mayoritas Kristiani yang memperebutkan sebuah wilayah bernama Nagorno-Karabakh (mayoritas penduduknya etnis Armenia). Tapi, seperti saya selalu bilang, dalam menganalisis konflik, agama tidak bisa dipandang sebagai akar utama, selalu berjalin berkelindan dengan faktor-faktor lainnya.
Nah, mari kita lihat apa kepentingan Turki dalam perang ini. Mengapa membantu Azerbaijan?

Video: Turki Menggunakan Pengungsi Sebagai Senjata

Penggunaan pengungsi/migran sebagai senjata untuk menekan negara lain bukan hal baru. Anda bisa baca di artikel Kelly Greenhil, Weapons of Mass Migration: Forced Displacement as an Instrument of Coercion; Strategic Insights, v. 9, issue 1 (2010).

Di video ini terihat jelas bagaimana Turki menggunakan pengungsi untuk menekan Uni Eropa agar mau membantunya mempertahankan Idlib (supaya tidak diambil alih oleh Suriah; padahal Idlib adalah wilayah Suriah). Akibatnya, hari ini Yunani menghadapi krisis pelanggaran perbatasan yang terorganisasi, masif, dan ilegal yang dibacking oleh Turki.

Hal yang jadi catatan dari arus pengungsi dari Turki ke Yunani:
-Yunani sepertinya dipilih jadi “korban” karena negara inilah yang menolak NATO membantu Turki di Idlib.
-Kebanyakan pengungsi yang dilepas adalah laki-laki muda, kuat, dan sebagian terlihat eks milisi teror (lihat video)
-Kebanyakan pengungsi yang dilepas adalah non Suriah, melainkan: Afghanistan, 64%, Pakistan, 19%, Iraq, Iran, Morocco, Ethiopia, Bangladesh, Egypt: 5.4%, Τurki, 5%, Suriah, 4% dan Somalia, 2.6% (sumber data: https://bit.ly/2VYzawW)

Sumber video: akun jubir pemerintah Yunani, Stelios Petsas https://bit.ly/3aF3Y9Y

AS secara terang-terangan membantu para teroris di Idlib.

Foto ini adalah Duta Besar AS untuk PBB, Kelly Craft, bersalaman (ada video dan foto lain juga), berpose bersama anggota White Helmets. Saya sudah sering menulis, siapa WH ini, yang tak lain anggota milisi teroris yang berganti baju supaya tampil seolah ‘relawan kemanusiaan’.

Craft menjanjikan bantuan untuk para pengungsi Idlib. Craft datang bersama pejabat AS lainnya, Perwakilan Khusus AS untuk Suriah, James Jeffrey.

Jeffrey mengatakan, “Kami siap untuk menyediakan – seperti dikatakan Presiden – amunisi.. Turki adalah sekutu NATO. Kami punya program penjualan alat militer yang sangat-sangat besar; sebagian besar dari peralatan militer Turki menggunakan perlengkapan [produk] AS. Kami akan memastikan bahwa perlengkapan itu siap [disuplai]. Sebagai rekan NATO, kami berbagi informasi intelijen…dan kami akan memastikan bahwa Turki memiliki apa yang mereka butuhkan di sini [Suriah].” [1]

(lebih…)

Ikhwanul Muslimin dan Amnesia Soal Syiah

Histeria para pendukung Erdogan di video yang kemarin saya share link-nya sungguh membuat saya ‘takjub’. Luar biasa fanatisme dan pengkultusan mereka pada sosok Erdogan. Mereka ngamuk dan marah luar biasa karena di video itu ditunjukkan bukti-bukti digital hubungan ‘mesra’ Erdogan dan Israel. Padahal sumber video itu adalah Al Arabiya (milik Arab Saudi) dan Al Ain (milik Uni Emirat Arab). Sebagian besar, marahnya dengan memaki-maki “Syiah”. Lho, emangnya Al Arabiya dan Al Ain itu televisinya Iran? [1]. Televisi Mesir juga ikut mengungkap kerjasama Erdogan-Israel [2]. Tapi mereka juga ngamuk dengan memaki Syiah. Sejak kapan Mesir jadi Syiah?

Saya akan cerita secara singkat latar belakang dari fenomena ini.

Begini, para pemuja fanatik Erdogan ini umumnya orang-orang Ikhwanul Muslimin (IM). IM berjejaring secara transnasional, mereka ada di berbagai negara. Di sebagian negara, mereka sukses menyebarkan pengaruh dan membuat partai. Di Indonesia mereka berhasil membuat PKS. Tapi kini sesama PKS juga berantem, kabarnya bakal ada partai “PKS Perjuangan”.

Di Turki, ada “Partai Keadilan dan Pembangunan” (AKP) yang dipimpin Erdogan. Awalnya, AKP sering mengaku pro Barat dan pro ekonomi liberal (bertahun-tahun berusaha masuk ke dalam Uni Eropa); tapi di saat yang sama memberikan banyak dukungan kepada aktivitas IM. Sejak Erdogan mengadu peruntungannya dengan mendukung penggulingan Bashar Al Assad, warna IM di AKP semakin terkuak.

(lebih…)