Beranda » Resolusi Konflik
Category Archives: Resolusi Konflik
[Vlog] Nyanyian Jiwa Anak Suriah
Perdebatan soal pemulangan ISIS (meski pemerintah sudah memutuskan, tidak ada pemulangan) masih terus bergulir. Ada yang mempertanyakan kepada saya, bagaimana dengan anak-anak mereka? Kan kasian, kan mereka itu korban?
Ini pertanyaan yang sangat tidak mudah dijawab (pemerintah yang didukung staf ahli bejibun dengan gaji tinggi aja bingung kok).
Tapi mungkin yang bisa saya sampaikan: mulai sekarang pemerintah perlu menyusun metode/program deradikalisasi yang jelas dan matang. Targetnya bukan cuma anak-anak ISIS (kalau anak-anak ini dipulangkan), tapi semua anak di Indonesia ini. Karena, survei PPIM UIN Jakarta (2017) menemukan bahwa lebih dari 50% pelajar dan mahasiswa Indonesia punya opini radikal.
APA YANG TERJADI SEBENARNYA?
Setelah menunggu beberapa jam, mengikuti perkembangan berita, akhirnya ketemu juga, sumber blundernya dimana. Seperti Anda tahu, saya, dan beberapa penulis anti-AS lainnya kemarin menulis, mengecam tuduhan yang terburu-buru yang dilakukan media Barat, bahwa penyebab jatuhnya pesawat Ukraina adalah rudal Iran. Point penting yang saya sampaikan adalah: kan belum ada penyelidikan? Black box pun belum diteliti. Mengapa sudah menuduh ketika belum selesai investigasi?
Terlebih lagi, sudah ada pernyataan resmi dari Jubir Kemenlu Iran, Abbas Mousavi, yang menolak tuduhan itu.
Lalu tiba-tiba pagi ini, Menlu Javad Zarif, juga Presiden Rouhani memberikan pernyataan resmi mengakui bahwa jatuhnya pesawat Ukraina itu akibat kesalahan Iran.
Pertanyaannya, kok bisa miskomunikasi begini mereka ya? Seharusnya Jubir Kemenlu sebelum bikin pernyataan (yang akhirnya jadi pegangan para pengamat, termasuk saya) memastikan dulu.
Dari informasi yang saya dapat, kemungkinan memang ada kekacauan koordinasi. Kemungkinan ada pihak yang bersalah yang masih berusaha mencari ‘solusi’.
Saran Buat Pengamat Isu Uighur
Bila benar ada kamp penyiksaan terhadap Muslim Uighur tentu kita perlu bertindak menekan China agar membubarkan kamp itu. Sikap teguh membela kemanusiaan kan juga dilakukan Indonesia dalam kasus Rohingya dan Palestina. Sekali lagi, BILA BENAR ada kamp penyiksaan itu ya.
Artinya, perlu ada upaya melakukan klarifikasi atas berbagai pemberitaan yang beredar. Sudah ada beberapa netizen yang menulis klarifikasi soal Uighur, beberapa di antara mereka pernah/tinggal di China, juga bisa bahasa China. Kemarin saya share tulisan Novi Basuki yang menguasai bahasa Mandarin, dia mengecek langsung dokumen yang diributkan media Barat itu; dan ternyata ditemukan distorsi informasi.
Tapi saya belum menemukan ada yang melakukan klarifikasi secara digital. Berikut ini saya ceritakan pengalaman kami dulu ya, siapa tahu ada di antara Anda (para pengamat China, yang bisa bahasa China, pernah di China, dll) yang tergerak untuk melakukan hal yang sama.
[postingan sebelumnya saya hapus karena ketika dishare pengantar dari saya tidak terbawa]
Berita tanggal 11 Juli 2019 [5 bulan yang lalu] disebarluaskan lagi dengan judul “22 Negara Desak China Hentikan Pelanggaran Terhadap Muslim Uighur, Tidak Ada Nama Indonesia” (portal-islam dot id)
Karena penasaran, saya cari, siapa aja negara tersebut. Ini salah satu media yang memberitakan (www.businessinsider.sg). 22 negara tersebut adalah:
Australia, Austria, Belgium, Canada, Denmark, Estonia, Finland, France, Germany, Iceland, Ireland, Japan, Latvia, Lithuania, Luxembourg, the Netherlands, New Zealand, Norway, Spain, Sweden, Switzerland, and UK (Inggris).
Bagaimana dengan presiden pujaan “umat”? Di berita ini, disebutkan, “President Recep Tayyip Erdogan claimed that “people of all ethnicities in Xinjiang are leading a happy life”. [Presiden Erdogan mengklaim bahwa semua etnis di Xinjiang hidup bahagia]
Uighur
[update: ada yg aneh, fotonya tiba-tiba hilang sendiri]
Di antara sedemikian derasnya informasi soal Uighur, memang bagi sebagian orang sulit untuk percaya pada informasi bantahan “kaum Muslim di Uighur baik-baik saja”. Informasi yang tersebar terlihat sangat meyakinkan. Saya tidak punya info apapun yang bisa membantah berbagai foto dan video yang tersebar, karena saya tidak melakukan riset soal ini.
Kondisinya berbeda dengan kasus Suriah, dimana hoax sangat mudah terbongkar: tidak ada satu pun foto berdarah-darah yang diklaim sebagai “korban pembantaian Assad” terbukti benar. Hanya dengan cara mudah: masukkan foto itu ke google image, akan segera ditemukan bahwa foto itu adalah korban kejahatan Israel di Gaza, korban kejahatan tentara AS di Irak, korban tabrakan di Turki, korban gempa bumi di Azerbaijan, atau foto kursi kuno di museum [diklaim sebagai kursi listrik dimana orang Sunni dibunuh Assad], dll.
Kondisinya beda dengan kasus Suriah, dulu itu para netizen antiperang dari berbagai negara gotong-royong memverifikasi foto dan video tersebut. Apa saja hoax yang disebar White Helmets, segera muncul tanggapannya disertai bukti/argumen tak terbantahkan untuk menunjukkan bahwa itu foto/video hoax. Tapi yang sudah banyak dibongkar pun, sebagian orang tetap saja tak mau terima.
Kejahatan Israel yang Diabaikan Para Seleb Medsos dan ZSM
Sejak awal pekan ini (9/12/19), ada aksi protes yang dilakukan warga Tepi Barat, memrotes rencana pembangunan permukiman Israel di Hebron. Berita ini lewat begitu saja karena orang tak lagi terlalu peduli.
Menurut Resolusi PBB no 181 thn 1947, wilayah Palestina dibagi dua: separuh untuk dibuat negara Israel, separuh lagi untuk negara Palestina. Tepi Barat dan Gaza (dua wilayah yang terpisah satu sama lain) adalah “jatah” untuk warga Arab-Palestina.
Nah, faktanya, di Tepi Barat ini pun warga Palestina tidak bisa hidup aman. Karena, tentara Israel masih berkuasa di sana dan hampir setiap hari terjadi perampasan tanah dan rumah. Di atas tanah rampasan itu, dibangun permukiman-permukiman khusus Yahudi (yang didatangkan dari berbagai penjuru dunia, terutama AS). Mahkamah Internasional sejak 20015 menetapkan bahwa pembangunan permukiman ini ilegal.
Makanya PBB, pemerintah, dan media sering pakai istilah ‘occupied Palestine’atau ‘kawasan pendudukan Palestina’. Maksudnya, ini kawasan yang disepakati oleh komunitas internasional sebagai kawasan Palestina, tapi fakta di lapangan, tentara Israel dan ratusan ribu pemukim ilegal menduduki kawasan itu.
Diskusi dengan Kaum Bigot Itu Pekerjaan Sia-Sia
[Bigot adalah kata dalam bahasa Inggris, artinya fanatik buta. Bigot bisa berasal dari agama apa saja, atau ‘isme’ apa saja.]
Suatu hari, saya pernah hadir di sebuah acara diskusi yang diselenggarakan sebuah ormas besar untuk bicara soal Suriah. Saya dipanelkan dengan seorang ustadz terkemuka di daerah itu (dari kalangan pro “jihadis”) dan seorang ustadz Syiah. Si ustadz Syiah mengklarifikasi (membantah) semua tuduhan-tuduhan yang diberikan ustadz anti-Syiah dengan argumen dan data.
Lalu, saya menjelaskan panjang lebar soal konflik Suriah. Saya tampilkan foto-foto dan video-video untuk memperlihatkan betapa banyak hoax yang tersebar. Saya jelaskan soal geopolitik Timteng. Saya bicara soal perebutan jalur pipa gas. Semua itu saya sampaikan untuk mendukung argumen saya bahwa konflik Suriah bukan konflik antarmazhab.
Anda tahu apa yang terjadi? Si ustadz anti-Syiah mengabaikan sama sekali semua paparan ustadz Syiah dan mengulangi tuduhannya. Jadi misalnya, “Qur’an-nya Syiah itu beda”. Padahal sudah diklarifikasi dengan argumen yang sangat logis, tapi si ustadz kembali mengulangi tuduhannya: “Qur’an-nya Syiah itu beda”.