Kajian Timur Tengah

Beranda » Amerika » Soal Senjata Kimia Assad

Soal Senjata Kimia Assad

New Release 2013

Prahara Suriah

New Release (2013)

"journey to iran"
"doktor cilik"
"princess nadeera"
"doktor cilik"
ahmadinejad

Soal Senjata Kimia Assad

Dina Y. Sulaeman*

603686_10201010635896833_563716365_nKonflik di Suriah memasuki tahap baru. Setelah tentara Suriah berhasil mengalahkan para pemberontak (dan ribuan dari mereka terbukti adalah pasukan asing dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia), AS dan sekutunya mulai melancarakan serangan propanda baru: Assad menggunakan senjata kimia. Tujuan akhirnya, apa lagi kalau bukan menggalang persetujuan internasional untuk menyerang Suriah, sebagaimana dulu AS menyerang Irak (dengan alasan Saddam punya senjata biologis, dan kemudian terbukti bohong belaka).

Berikut ini, saya terjemahkan yang sangat bagus dari Robert Fisk, jurnalis senior Inggris yang bahkan sudah meliput Suriah sejak masa Hafez Al Assad.

Semakin besar kebohongan, orang akan semakin percaya. Kita tahu siapa yang mengatakan ini, tetapi [rumus] ini tetap dipakai.’Bashar al-Assad memiliki senjata kimia. Dia mungkin menggunakannya terhadap rakyatnya sendiri. Dan bila dia melakukannya, Barat akan merespon.’ Kita telah mendengar kalimat ini sejak tahun lalu dan Assad pun sudah berkali-kali menjawab bahwa jika dia benar-benar punya senjata kimia, dia tidak akan menggunakannya terhadap rakyatnya sendiri.

Tetapi sekarang Washington sedang memainkan ‘mantra gas’ ini lagi: ’Bashar al-Assad memiliki senjata kimia. Dia mungkin menggunakannya terhadap rakyatnya sendiri. Dan bila dia melakukannya…

Well, bila dia melakukannya, Obama dan Madame Clinton [sekarang posisi menlu AS sudah digantikan Kerry—pent] dan NATO akan sangat, sangat marah. Selama sepekan yang lalu, semua orang-orang yang mengaku-ngaku pakar, yang bahkan tidak tahu di mana letak Suriah di atas peta, telah memperingatkan kita atas bahaya mustard gas, chemical agents, atau biological agents yang mungkin dimiliki dan mungkin digunakannya. Dan sumbernya? Para spesialis khayalan yang tidak memperingatkan kita tentang 9/11 tetapi berkeras mengatakan bahwa Saddam punya senjata pembunuh massal pada 2003; mereka disebut “sumber intelijen militer yang namanya tidak diungkap”  (unnamed military intelligence sources, disingkat UMIS).

Dan sekarang, coup de théâtre. Seseorang dari Canadian Broadcasting Corporation menelepon saya minggu ini untuk berbicara tentang penggunaan senjata kimia oleh Hafez al-Assad di Hama selama pemberontakan Muslim Sunni di kota pada tahun 1982. Sumber-sumber mereka, lagi-lagi adalah UMIS yang sama. Tapi saya kebetulan pernah datang ke Hama pada bulan Februari 1982 (dan itulah sebabnya orang Kanada ini menelpon saya). Meskipun saya lihat jelas bahwa tentara Suriah di bawah Hafez Al Assad memang membantai rakyatnya sendiri (yang, by the way, ‘rakyat’ ini adalah para pembantai pejabat rezim berikut keluarga mereka), tidak ada yang pernah menggunakan senjata kimia. Tidak seorang prajurit pun yang saya lihat di Hama membawa masker gas. Tidak ada warga sipil membawa masker gas. Sama sekali tidak ada bau khas berbahaya yang pernah saya dan para jurnalis cium setelah penggunaan senjata kimia oleh Saddam (yang waktu itu masih berstatus sekutu Barat) terhadap tentara Iran di tahun 1980-an. Dan tak satu pun dari puluhan korban sipil Suriah yang telah saya wawancarai selama 30 tahun sejak tahun 1982 pernah menyebutkan penggunaan gas [di Hama].

Tetapi kita sekarang dibuat untuk percaya bahwa senjata kimia pernah digunakan di Hama. Dan dongeng kekanak-kanakan baru telah dimulai: Hafez al-Assad menggunakan gas terhadap rakyatnya sendiri di Hama 30 tahun yang lalu. Jadi, sekarang, anaknya Bashar mungkin akan melakukan hal yang sama lagi. Dan bukankah ini telah kita jadikan alasan untuk menyerang Irak pada tahun 2003: karena Saddam telah menggunakan gas terhadap rakyatnya sendiri, jadi mungkin saja dia akan melakukannya lagi?

Ya, semakin besar kebohongan, semakin baik. Tentu saja kami para jurnalis telah melakukan tugas kami dalam mensosialisasikan omong kosong ini. Dan Bashar – yang pasukannya telah dianggap melakukan kejahatan akan segera dituduh melakukan kejahatan lain, yang sebenarnya belum dilakukannya dan ayahnya pun tidak pernah melakukannya. Yup, senjata kimia adalah berita buruk. Itulah mengapa AS menyuplai Saddam dengan senjata kimia, bersama dengan Jerman (tentu saja).

Itulah sebabnya, ketika Saddam pertama kali menggunakan gas di Halabja, UMIS mengatakan kepada CIA bahwa Iran-lah pelakunya. Dan ya, Bashar kemungkinan memang memiliki sejumlah bahan kimia di tong-tong karatan entah di bagian mana Suriah. Madame Clinton selama ini mengkhawatirkan bahwa bahan kimia itu ‘mungkin jatuh ke tangan yang salah’, seolah-olah selama ini bahan kimia ini berada ‘di tangan yang benar’. Tetapi Rusia telah mengatakan kepada Bashar agar tidak menggunakan senjata kimia. Apakah Bashar mau membangkang pada satu-satunya sekutu superpowernya?

And by the way, siapakah tentara yang pertama kali menggunakan gas di Timur Tengah? Saddam? Tidak. Tentara Inggris, tentu saja, di bawah General Allenby, melawan pasukan Turki di Sinai tahun 1917. Dan itulah yang sebenarnya. -akhir artikel Fisk-

Lalu, apa kata Bashar sendiri soal tuduhan senjata kimia ini? Dalam wawancaranya dengan Seipel, Februari 2013, Assad mengatakan, “Apakah Anda pernah mendengar ada negara yang menggunakan senjata kimia untuk memerangi terorisme? Saya tidak pernah mendengarnya. Ini adalah senjata pembunuh massal. Bagaimana saya menggunakannya untuk memerangi kelompok-kelompok kecil teroris yang menyebar di berbagai tempat, terutama di perkotaan? Anda memerangi mereka di pinggiran kota. Anda baru saja mengatakan bahwa Anda mendengar suara bom di pinggiran kota, Anda tidak mendengarnya di padang pasir, atau di daerah yang jauh dari kota. Jadi ini tidak realistis dan tidak logis. Saya pikir, mereka menggunakan [tuduhan] ini sebagai alasan untuk lebih menekan [saya] atau supaya ada agresi [intervensi militer asing] di Suriah.” (bagian ini dikutip dari buku Prahara Suriah hlm 184).

*Research Associate of Global Future Institute, penulis buku Prahara Suriah

dimuat di IRIB Indonesia

Arsip 2007 ~ Sekarang