Kajian Timur Tengah

Beranda » Blog&Web About Global Politics » “Berdamai” dengan Israel? (1)

“Berdamai” dengan Israel? (1)

New Release 2013

Prahara Suriah

New Release (2013)

"journey to iran"
"doktor cilik"
"princess nadeera"
"doktor cilik"
ahmadinejad
https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/244696037733127

Ada saja suara-suara yang bicara “perdamaian” dengan Israel. Memang, Israel ingin sekali membuka hubungan diplomatik dengan Indonesia. Sebagian orang Indonesia pro-Israel juga menginginkannya. Banyaklah iming-iming dari mereka, “Kita bisa mengakses kecanggihan teknologi Israel; kita bisa belajar teknologi pertanian Israel, bla..bla..bla..”

Buat Israel, jika saja Indonesia, negara dengan populasi-mayoritas-Muslim terbesar di dunia, mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel, ini akan jadi “kemenangan” diplomatik sangat besar bagi Israel.

Ibaratnya, mereka akan bilang, “Lihat nih, Indonesia yang Muslim aja mau damai kok sama kami, kenapa Palestina ga mau damai?!”

[Belum lagi, peluang bisnis yang besar bagi Israel. Orang Indonesia kan suka impor, apalagi mindset yang berusaha dibangun inlander banget: memandang Israel hebat, bahkan pertanian pun belajar ke Israel. Sungguh lucu.]

Ada orang-orang Indonesia yang bilang, “Kalau mau mendamaikan dua pihak, harus berteman dengan keduanya dong!”

Evaluasi atas kalimat ini sangat bergantung pada asumsi dasarnya: apakah isu Palestina-Israel itu “konflik” dimana kedua pihak setara dan saling berseteru sehingga perlu “didamaikan”?

Atau, Anda memandang bahwa ini isu penjajahan? Kalau ini urusannya penjajah vs terjajah, tentu solusinya adalah kemerdekaan di pihak terjajah. Ingat, hukum internasional mengakui hak pihak terjajah untuk melakukan perlawanan.

Yang masih bilang “ini konflik antara dua pihak yang setara; ini akarnya kebencian Muslim terhadap Yahudi; orang Muslim itu harusnya menghilangkan kebencian pada Yahudi”, harap tonton video ini.

Di dalamnya, ada rekaman kejadian dua hr yll di Sheikh Jarrah, para pemukim/pendatang Zionis melakukan aksi provokatif, mengata-ngatain orang Palestina dan mengusir mereka pergi dari Jerussalem timur.

Bagi para pemukim/pendatang ini, Jerusalem timur adalah “hak mereka”. Hak yang datang dari “kitab suci” mereka. (Jerusalem barat sudah sejak 1948 mereka duduki, melanggar Resolusi PBB 181/1947).

Atas landasan “kitab suci”, Yahudi-Zionis merasa berhak merampas tanah dan rumah bangsa Palestina, termasuk rumah orang-orang di Sheikh Jarrah ini.

Jadi, perdamaian macam apa yang bisa dihasilkan dari kondisi ini? Atau, mau bikin dialog antargama? Bagus juga sih, kalau berani menasehati orang Zionis dari sisi kesesatan teologi-versi-mereka (masa Tuhan membenarkan perampasan dan penindasan demi “tanah”?)

Yang saya tahu sih, selama ini yang disalah-salahin oleh mereka (yang suka bawa-bawa “dialog agama” sebagai solusi krisis Palestina-Israel) adalah orang Palestina melulu. Palestina diidentikkan sebagai Muslim yang benci Yahudi, sehingga mereka dinasehati agar “menjauhi kebencian.” Yang diajarin “welas asih” justru orang Palestina.

Cara pandang seperti ini jelas salah kaprah, dan menutupi masalah sebenarnya, yang terlihat jelas di video ini: settler colonalism (penjajahan oleh para pendatang/pemukim).

-bersambung-

Sambungan: https://www.facebook.com/…/a.23414318…/1322317114861207/

Arsip 2007 ~ Sekarang