Kajian Timur Tengah

Beranda » Indonesia » Perempuan dan ISIS

Perempuan dan ISIS

New Release 2013

Prahara Suriah

New Release (2013)

"journey to iran"
"doktor cilik"
"princess nadeera"
"doktor cilik"
ahmadinejad
dua wanita italia yang disandera isis

dua wanita italia yang disandera jihadis

Berita tentang 16 WNI yang “hilang” di Turki dan dicurigai bergabung dengan ISIS, membuat saya teringat pada tulisan William Blum (penulis buku “Demokrasi, Ekspor AS Paling Mematikan”).

Blum menulis dalam artikelnya:

Setelah melihat beberapa video aksi ISIS di internet, yang penuh dengan berbagai adegan menjijikkan, terutama terhadap kaum wanita, pemikiran saya adalah: berikan kepada mereka (ISIS) negara untuk mereka sendiri. Siapapun yang ingin meninggalkan negara itu, akan ditolong untuk keluar. Siapa saja yang ingin datang, dibiarkan datang, namun mereka tidak boleh keluar lagi tanpa melalui seleksi ketat, untuk mengetahui apakah mereka sudah kembali ‘menjadi manusia’. Bagaimanapun juga, karena dipastikan hanya sedikit perempuan yang mau tinggal di negara ISIS, negara itu tidak akan bertahan lama.

Kalimat terakhir menggelitik saya: ‘dipastikan hanya sedikit perempuan yang mau tinggal di negara ISIS’.

Lalu, mengapa anak-anak gadis dari Eropa berdatangan ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS? Mengapa juga perempuan-perempuan Indonesia banyak yang mendukung ISIS (setidaknya, begitulah mereka berkoar-koar di media sosial; salah satunya seorang perempuan cantik -sepertinya ini akun asli- mengirim inbox kepada saya, menyatakan memang pernah ke Suriah, entah apa yang dia ‘alami’ di sana, saya tak mau repot-repot bertanya, karena jelas sekali dia pendukung  mujahidin)? Di antara 16 WNI yang “hilang” di Turki (yang terindikasi bergabung dengan ISIS) ada 5 perempuan, yang bahkan di antaranya membawa anak usia 1 tahun.

Ini info yang saya dapatkan selama ini:

1. Para gadis muda Eropa itu jatuh cinta kepada para jihadis yang mereka jumpai di internet, lalu mengambil keputusan nekad meninggalkan keluarga mereka. Ini sama sekali tidak mengherankan, kasusnya sama saja dengan sekian banyak kasus anak gadis atau ibu-ibu alay yang jatuh cinta pada rekan facebooknya. Hanya saja, untuk kasus ISIS, ada embel-embel “jihad”-nya. Jadi, untuk para Ibu yang masih “manusia”, harap berhati-hati memperhatikan anak-anak gadisnya yang gemar berjejaring sosial.

2. Khusus utk perempuan Indonesia, saya amati dari komentar-komentar mereka di media sosial, mereka mengira kehidupan di bawah rezim ISIS adalah kehidupan yang baik-baik saja. Mereka tidak terpengaruh oleh banyaknya video yang menunjukkan kebrutalan ISIS karena “yang diperlakukan demikian adalah orang kafir.” Salah satu komentator di medsos menulis, “Yang takut sama ISIS/jihadis itu adalah hanyalah orang-orang kafir dan syiah”. Jadi, selama mereka tidak kafir dan tidak syiah, mereka kira, mereka akan baik-baik saja, bahkan hidup tenteram di sana. Apalagi, para jihadis ISIS dan sejenisnya (mereka punya banyak nama, saling berseteru satu sama lain, tapi perilaku dan ideologinya sama saja; antara lain Jabhah Al Nusra yang didukung Turki) menerima gaji besar ratusan hingga ribuan dollar perbulan. Sungguh sangat menggiurkan bagi orang-orang berekonomi lemah di Indonesia yang telah dicekoki radikalisme. Apalagi yang lebih indah buat orang semacam mereka: beribadah, berjihad, dapat gaji dollar pula? (Saya baca profil salah satu keluarga yang “hilang” di Turki di detik, ternyata mereka keluarga radikal yang miskin; penampilan celana cingkrang dan istrinya pakai cadar; tidak mau bergaul dengan tetangga).

Tapi tunggu saja. Saya percaya pada prediksi William Blum: hanya sedikit perempuan yang mau tinggal di negara ISIS. Selama mereka masih punya sedikit otak dan hati (dan masih hidup, tentu saja), lambat laun mereka akan sadar sudah dibodoh-bodohi. Syukur-syukur ketika mereka sadar, negara (pemerintah) Indonesia mau membayar uang tebusan, seperti yang dilakukan pemerintah Italia.

italian women isis2

dua wanita italia sblm disandera jihadis

 

[note: di berbagai berita, kedua perempuan Italia itu disebut “aktivis kemanusiaan”, namun, bila dilihat dari facebook mereka, mereka banyak berteman dengan para jihadis, dan bahkan posting foto dengan bendera oposisi; dan disimpulkan bahwa ceritanya sama saja: kedua wanita ini awalnya ‘terpesona’ pada jihadis lewat internet dan datang ke Suriah, lalu menyesal dan minta dipulangkan; dan Italia harus membayar 12 Juta Dollar sebagai tebusan.]

Arsip 2007 ~ Sekarang