Kajian Timur Tengah

Beranda » Indonesia » Apakah Syiah = Takfiri? (1)

Apakah Syiah = Takfiri? (1)

New Release 2013

Prahara Suriah

New Release (2013)

"journey to iran"
"doktor cilik"
"princess nadeera"
"doktor cilik"
ahmadinejad

Dina Y. Sulaeman*

Akhir-akhir ini saya ditanyai beberapa orang tentang fenomena beberapa orang Syiah di medsos yang dalam status FB/twitter mereka melaknat-laknat para Sahabat Rasulullah. Oleh karena itu saya merasa perlu menulis khusus tentang topik ini, sebagai sekuel dari tulisan saya sebelumnya yang berjudul “Apakah Sunni = Takfiri?” Kalau dulu saya mewawancarai Ustadz NU yang aktif di medsos, yaitu Bapak Agus Nizami; kali ini saya mewawancarai seorang ustadz Syiah yang juga aktif di medsos, yaitu Dr. Muhsin Labib. [**Apa..?? Taqiyah? Oh ok, ntar saya tanya, “Bapak taqiyah apa enggak ini?”]

Sebelumnya, saya ingin menceritakan pengalaman empiris saya sebagai orang yang pernah 8 tahun tinggal di Iran dan bergaul akrab dengan tetangga-tetangga (jadi saya bukan jenis expat yang hidup eksklusif). Saya datang ke rumah mereka, mereka main ke rumah saya; kami ke pasar bersama, dan saya juga sesekali datang ke majlis-majlis taklim mereka (cerita lengkap, plus tentang piknik keliling Iran, ada di buku Journey to Iran). Nah, selama 8 tahun itu, saya GAK KETEMU sama yang aneh-aneh itu: melaknat-laknat Sahabat dan Ummul Mukminin Aisyah ra, mut’ah sembarangan, makan tai Imam (astaga!), melukai diri sendiri saat Asyura (itu pawai peringatan Asyura tiap tahun wira-wiri depan apartemen saya), dll.

Tahun 2012, saya dan 16 cendekiawati+jurnalis Indonesia diundang dalam konferensi Women and Islamic Awakening (mayoritas undangan dari 85 negara adalah perempuan-perempuan Sunni). Di acara pembukaan, Presiden Ahmadinejad hadir. Dia baru masuk ruangan aja, tepuk tangan membahana, sebagian besar hadirin (lebih dari 1000 perempuan hadir) berdiri spontan, menyambutnya bak selebritis. Saat ia pidato –spontan, tanpa teks- tentang kemuliaan posisi perempuan dalam Islam dan perjuangan melawan Israel, sebagian teman menyatakan meneteskan air mata karena terharu (cerita lengkap pengalaman ibuk-ibuk yang hadir di konferensi ini ada di buku A Note from Tehran).

Data statistik PBB soal HDI Iran, tingkat mortalitas ibu melahirkan, tingkat pendidikan perempuan, tingkat melek huruf, kemajuan iptek yang dicapai Iran, serta banyaknya publikasi jurnal internasional yang ditulis akademisi Iran, menunjukkan kontradiksi dengan citra “barbar” Syiah yang sering di-share di medsos. Bagaimana mungkin sebuah negara bisa maju kalau perempuannya dinistakan, seperti yang mereka bilang itu?

TAPI…. fakta empiris di medsos juga menunjukkan perilaku-perilaku aneh orang-orang yang mengaku Syiah. Misalnya, SS dari orang Australia yang disebut-sebut sebagai ulama Syiah, di twitter:

Dia bahkan mengatakan kepada kaum Sunni supaya jangan percaya pada ulama Syiah yang menyerukan persatuan. Ini SS-nya:

klik untuk memperbesar

klik untuk memperbesar

Tak heran, Gerakan Islam Cinta pernah bikin respon ini:

klik untuk memperbesar

klik untuk memperbesar

Dan ternyata orang Australia itu punya fans di Indonesia, misalnya di SS ini:

klik untuk memperbesar

klik untuk memperbesar

1 Rafidhi yang dimaksud dalam SS ini adalah Tawhidi. Bisa dilihat, dari SS itu muncul 3 jenis istilah: rafidhi, batri, bakri. Suer saya ga tau persis artinya (tapi tentu bisa ngira-ngira). Setelah re-check ke teman saya, ternyata rafidhi itu istilah untuk kelompok Syiah yang gemar melaknat-laknat para Sahabat. Bakri itu istilah mereka (para Rafidhi) untuk pengikut Abu Bakar ra (=Sunni), sementara Batri adalah istilah mereka untuk kaum Syiah yang menolak pelaknatan Sahabat karena patuh pada fatwa Supreme Leader, Ayatullah Khamenei.

Dari SS berikut ini terlihat betapa bencinya kaum Rafidhi kepada “Batri”, mereka melaknat-laknat Imam Khomeini (Supreme Leader Iran yang sudah meninggal) dan Ayatullah Khamenei (Supreme Leader yang sekarang).

klik untuk memperbesar

klik untuk memperbesar

Dari hasil gooling, saya menemukan dua video: satu video ceramah ulama Syiah Iran, Ayatullah Khamenei, dan satu lagi video ceramah Mojtaba Shirazi, ulama Syiah yang tinggal di London. Keduanya sudah saya kompilasi dan terjemahkan, sekitar 3 menit:


Terasa kan bedanya? Yang satu (Ayatullah Khamenei) menyerukan persatuan, yang satu lagi (Mojtaba Shirazi) mengkafir-kafirkan Khamenei. Padahal dua-duanya ulama Syiah. Bedanya, yang satu (Ayatullah Khamenei) adalah ulama tertinggi Iran (dipilih oleh Dewan Ulama; anggota Dewan Ulama ini dipilih oleh rakyat dalam pemilu setiap 8 tahun). Sedang yang satu lagi, Shirazi, adalah ulama yang tinggal di London. Data yang saya dapatkan: Mojtaba Shirazi adalah adik dari Ayatullah Sadeq Shirazi. Keluarga Shirazi punya 13 stasiun televisi yang dipancarkan lewat satelit dari luar Iran dan biaya operasional stasiun televisi mereka mencapai 1,235 juta Dollar per bulan (sumber). Mojtaba Shirazi punya menantu tokoh Syiah yang juga tinggal di London dan punya stasiun televisi juga, yaitu Yasser Al-Habib. Khamenei pernah menyebut istilah “Syiah London” untuk ulama-ulama kaya raya yang tinggal di London dan aktif menyebarkan siaran-siaran tivi yang diklaim sebagai ajaran Syiah (misal: syahadat beda, melaknat Sahabat, melaknat Ummul Mukminin Aisyah ra, dll).

Buat yang terbiasa mikir geopolitik, bel di kepalanya akan langsung berdenting: it smells fishy, huh? Kok tivi-tivi yang sangat berpotensi mengobarkan perang di antara sesama Muslim dibiarkan Inggris, sementara Al Manar (milik Hizbullah) dan Press TV (milik Iran) diblokir?

Minimalnya, dari data di atas terbukti adanya perbedaan/pertentangan di kalangan Syiah; dan ada orang Syiah yang takfiri (mengkafirkan orang lain). Nah, biar lebih akurat infonya, berikut ini kutipan diskusi saya dengan Dr. Muhsin Labib. [bersambung ke Bagian ke-2]

 *peneliti ICMES

Arsip 2007 ~ Sekarang