Kajian Timur Tengah

Beranda » Amerika » Mengapa Iran Tak Serang Israel?

Mengapa Iran Tak Serang Israel?

New Release 2013

Prahara Suriah

New Release (2013)

"journey to iran"
"doktor cilik"
"princess nadeera"
"doktor cilik"
ahmadinejad

Oleh: Dina Y. Sulaeman

Pertanyaan ini sering muncul di dalam berbagai diskusi di dunia maya, “Kalau Iran betul-betul anti-Israel, mengapa Iran sampai sekarang tidak jua menyerang Israel?” Pertanyaan ini konteksnya adalah menuduh Iran omdo (omong doang), bahkan ada yang lebih parah lagi, menggunakan teori konspirasi, “Ini bukti bahwa ada kerjasama di balik layar antara Iran dan Israel.”

Bila memakai kalkulasi hard power, harus diakui bahwa sebenarnya kekuatan Iran masih jauh di bawah AS. Apalagi, doktrin militer Iran adalah defensive (bertahan, tidak bertujuan menginvasi negara lain). Iran hanya menganggarkan 1,8% dari pendapatan kotor nasional (GDP)-nya untuk militer (atau sebesar 7 M dollar). Sebaliknya, AS adalah negara dengan anggaran militer terbesar di dunia, yaitu 4,7% dari GDP atau sebesar  687 M dollar. Bahkan, AS telah membangun pangkalan-pangkalan militer di berbagai wilayah di sekitar Iran. AS adalah pelindung penuh Israel dan penyuplai utama dana dan senjata untuk militer Israel. Bujet militer Israel sendiri, pertahunnya mencapai 15 M Dollar (dua kali lipat Iran).

Sebelum menjawab ‘mengapa Iran tidak langsung menyerang Israel’?, mari kita jawab dulu pertanyaan sebaliknya, mengapa AS dan Israel tidak jua menyerang Iran? AS sebenarnya tidak berkepentingan menyerang Iran. Tetapi, Israel berkali-kali meminta AS untuk menyerang Iran dengan alasan “Iran memiliki nuklir yang mengancam keselamatan Israel.” Ketika rezim Obama enggan menuruti permintaan Israel, Israel bahkan mengancam akan menyerang Iran sendirian, tanpa bantuan AS. Untuk menelaah prospek perang AS+Israel melawan Iran, Anthony Cordesman dari Center for Strategic and International Studies merilis hasil penelitiannya pada bulan Juni 2012.  CSIS melakukan kalkulasi bila AS dan Israel menyerang Iran, antara lain menghitung berapa banyak pesawat pengebom yang dibutuhkan, berapa banyak bom yang harus dibawa, apa kemungkinan serangan balasan dari Iran, dan bagaimana cara menghadapinya.

Salah satu kesimpulan yang diambil Cordesman adalah, profil militer Israel tidak akan mampu melakukan serangan tersebut. Untuk menyerang Iran, Israel harus mengerahkan seperempat pasukan udaranya dan semua pesawat tempurnya, sehingga tidak ada pesawat cadangan untuk berjaga-jaga. Pesawat-pesawat tempur itu harus melewati perbatasan Syria-Turki sebelum terbang di atas udara Irak and Iran. Dan wilayah-wilayah tersebut, sangat rawan bagi Israel. Menurut Cordesman, “Berdasarkan jumlah pesawat yang diperlukan, proses pengisian bahan bakar yang harus dilakukan sepanjang perjalanan menuju Iran, serta usaha mencapai target gempuran tanpa terdeteksi sangatlah beresiko tinggi dan kecil kemungkinan keseluruhan operasi militer tersebut akan berhasil.”

Dan bahkan jika pesawat tempur Israel berhasil mengebom reaktor nuklir Iran, pembalasan yang dilakukan Iran akan membawa dampak yang sangat buruk bagi kawasan Timur Tengah. Cordesman menulis, “Anda tidak akan ingin tahu seperti apa jadinya Timur Tengah sehari setelah Israel berupaya menyerang Iran.”

Karena itu, bila Israel berkeras ingin menyerang Iran, Israel harus menggandeng AS. Tapi, bila AS menyetujui permintaan Israel ini, AS harus mengerahkan ratusan pesawat dan kapal tempur. Serangan awal saja sudah membutuhkan alokasi kekuatan yang sangat besar, termasuk pengebom utama, upaya penghancuran system pertahanan  udara lawan, pesawat-pesawat pendamping untuk melindungi pesawat pengebom, peralatan perang elektronik, patrol udara untuk menahan serangan balasan dari Iran, dll. Pada saat yang sama, AS harus menghalangi Iran agar tidak melakukan aksi apapun di Selat Hormuz. Bila Iran sampai berhasil memblokir Selat Hormuz, suplai minyak dan gas dunia akan terhambat dan efeknya akan sangat buruk bagi perekonomian dunia. Dan ini bukan pekerjaan mudah. Iran selama ini justru sangat memperkuat kemampuan militernya demi mengontrol Selat Hormuz bila terjadi perang.  Meskipun, AS juga sudah mempersiapkan banyak hal untuk menjaga agar Hormuz tetap terbuka, antara lain dengan menempatkan berbagai perlengkapan militer di Bahrain, Saudi Arabia, Qatar, Kuwait, dan UAE. Namun inipun mengandung ancaman lain. Iran berkali-kali mengancam, bila wilayahnya diserang, Iran akan melakukan serangan balasan ke semua negara Arab yang di dalamnya ada pangkalan militer AS. Belum lagi, Rusia dan China diperkirakan akan ikut campur demi mengamankan kepentingan mereka sendiri di Timteng. Tak heran bila banyak analis mengungkapkan ramalan bahwa Perang Dunia III akan meletus bila AS sampai menyerang Iran.

Lihatlah situasinya: bila Israel dan AS menyerang Iran, artinya mereka keluar dari wilayah mereka sendiri dan harus bersusah-payah mengusung semua perlengkapan militernya. Lalu, urusan tidak selesai hanya dengan menjatuhkan bom ke situs nuklir Iran. Serangan balik dari Iran, dan posisi geostrategis Iran, sangat memberikan potensi kekalahan bagi AS dan Israel. Karena itulah, Menhan Leon Panetta sampai berkata, “Sangat jelas bahwa bila AS melakukan serangan itu, kita akan mendapatkan akibat buruk yang sangat besar.”

Sekarang mari kita balik: bagaimana seandainya Iran menyerang Israel? Minimalnya, ada dua versi jawaban yang bisa diberikan sementara ini.

  1. Berdasarkan kalkulasi hard power. Ingat lagi profil militer Iran. Bisa dibayangkan, berapa banyak senjata yang dimiliki Iran dengan dana 7 M Dollar pertahun, dibandingkan dengan banyaknya senjata yang dimiliki AS dengan dana 687 M Dollar pertahun.  Bandingkan lagi dengan kondisi ‘seandainya Israel menyerang Iran’ seperti yang sudah dianalisis Cordesman di atas.   Kesimpulan yang bisa diambil adalah saat ini, profil militer Iran memang belum mampu menyerang Israel secara langsung, begitu juga sebaliknya, Israel juga belum mampu menyerang Iran secara langsung. Sementara, AS punya hitung-hitungan lain di luar sekedar menyerang Iran. AS akan menghadapi kehancuran ekonomi yang sangat parah bila sampai mengobarkan perang terhadap Iran.

Artinya, kedua pihak saat ini masih dalam posisi sama-sama bertahan. Itulah sebabnya, retorika Iran selama ini memang selalu defensif: Iran tidak mengancam akan menyerang, melainkan ‘akan membalas bila ada yang berani menyerang’. Seandainya Iran dalam posisi diserang dan membela diri dari dalam negeri (bukan dalam posisi menyerang dan mengirimkan pasukan ke luar wilayahnya) Iran sangat mungkin bertahan dan meraih kemenangan, karena memiliki keunggulan geostrategis. Hanya dengan memblokir Selat Hormuz, seluruh dunia akan merasakan dampak buruk perang dan bahkan AS akan bangkrut sehingga tak akan mampu melanjutkan perang.

Sebaliknya, untuk bisa maju perang (=secara ofensif mengirimkan senjata dan pasukan ke luar wilayahnya), Iran tidak mungkin maju sendirian. Bila negara-negara Arab, terutama yang berbatasan darat dengan Palestina, belum siap berjuang, tentu sangat konyol bila Iran harus mengirim pasukan ke Palestina yang jauhnya 1500 km dari Teheran. Berapa banyak pasukan, pesawat tempur, dan rudal yang mampu dikirim oleh Iran yang hanya punya anggaran 7 M Dollar pertahun?  Bila Mesir saja yang pemerintahannya dikuasai Ikhwanul Muslimin (artinya, seideologi dengan Hamas) masih menutup pintu perbatasannya dengan Gaza; masih menolak untuk terjun langsung ke medan pertempuran membela saudara se-harakah mereka, mengapa Iran yang di-ojok-ojok untuk mengirim pasukan perang? Karena itu, dari sisi ini, hanya satu kata untuk menilai pertanyaan ‘mengapa Iran tidak langsung menyerang Israel?’ : naif.

2. Berdasarkan kalkulasi soft power. Sangat mungkin, di atas kertas, profil militer Iran memang seperti yang diungkapkan di atas. Tapi, bila diingat lagi percepatan kemajuan teknologi militer yang dicapai Iran dan statemen beberapa petinggi militer Iran yang menyebutkan bahwa kemampuan Iran ‘jauh lebih besar dari apa yang terlihat’, ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan. Iran adalah negara yang berbasis teologi mazhab Syiah dan meyakini adanya aspek transenden dalam setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin spiritual mereka (rahbar). Militer Iran pun berada di bawah wewenang rahbar, yang sekarang dijabat Ayatullah Khamenei. Iran meyakini bahwa Ayatullah Khamanei memiliki kemampuan transenden sehingga mengetahui kapan saat yang tepat untuk maju perang. Orang lain boleh tidak percaya, tetapi ini adalah urusan rakyat Iran sendiri.

Di sini, pertanyaan mengapa Iran belum juga menyerang Israel secara langsung (seandainya memang kemampuan militernya sebenarnya sudah mencukupi) akan mendapat jawaban sederhana saja: karena belum diizinkan oleh sang Rahbar. Lalu, mengapa Rahbar belum memberi izin? Silahkan dipikirkan sendiri, dengan mengaitkannya pada hal-hal yang bersifat ideologis dan relijius; dan hal ini di luar kapasitas saya untuk menjelaskan.

Intinya, perjuangan melawan Israel bukanlah perjuangan Iran saja. Ini seharusnya menjadi perjuangan bersama semua negara-negara muslim. Dan inilah yang terus diupayakan para pemimpin dan ulama Iran melalui berbagai statemen dan orasinya: membangkitkan kesadaran dan semangat juang kaum muslimin sedunia; sambil terus berupaya memperkuat profil militernya. Ini bukanlah omdo (omong doang), tapi upaya yang memang harus dilakukan sebelum mencapai kemenangan.

Akan tiba suatu masa ketika kaum muslimin sedunia bangkit bersatu dan bersama-sama merebut kembali Al Quds dari tangan para penjajah. Inilah janji Allah dalam QS 17:4-5, “Dan telah kami tetapkan terhadap Bani Israel di dalam Alkitab: sesungguhnya kalian akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kalian akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Dan maka ketika telah tiba apa yang dijanjikan itu, akan kami bangkitkan para hamba yang perkasa dan  memiliki kekuatan besar untuk mengalahkan kalian. Para hamba itu akan mencari kalian sampai ke tempat persembunyian kalian dan janji [Allah] itu pasti terjadi.”

update:

analisis yang lebih sederhana, tapi sangat mantap, bisa baca di sini.

update:
karena ada beberapa komentator yang nanyain sumber tulisan (pdhl, tinggal googling aja tho, cari kata kunci cordesman+csis+iran+israel), ini sy kasih linknya, silahkan download sendiri:

http://csis.org/files/publication/120906_Iran_US_Preventive_Strikes.pdf

Lalu kalau ada yang mau tahu lebih jauh soal soft power Iran, bisa baca tulisan saya sebelumnya

https://dinasulaeman.wordpress.com/2012/02/15/soft-power-sumber-kekuatan-iran/

Nah, kalau masih nanya, sumbernya dimana, gooling aja , The Iranian Journal of International Affairs, Manouchehr Mohammadi, soft power Iran.


46 Komentar

  1. Iwan Yuliyanto berkata:

    Saya sependapat dg ulasannya. Benar, perjuangan melawan negara berideologi zionis laknatullah adalah perjuangan bersama negara-negara muslim.

  2. bu dina, ijin share di facebook ya artikel-artikel nya… terima kasih

  3. sutoto Soerjadi berkata:

    Subhannallah – suatu analysis komprehensif yg ditunjang data dan fakta empiris. Analisa yg adil sesuai fakta empiris jujur menempatkan Iran yg memang kuat dan benar dlm Habluminnallah maupun Habluminnanas sbg Negara Islam yg 35 thn terbukti mampu memerangi Amerika dan Israel. Fakta yg benar bahwa sebagai Bangsa dan Negara , Iran menjiwai secara ideologis maupun praktis Insya ALLAH akan menjalankan peran Sunnatullah tersebut. Kita berdoa dengan terus berbuat untuk mendukung itu. Shalawat

  4. Ali Shaleh berkata:

    hehehehe bu dina …ampun deh, sudahlah memang nayatanya Iran idan organnya seperti hezbullah omdo saja…numpang tenar saja…ketika rakyat gaza berjuang sendiri menggunakan roket buatan sendiri alqassam eh diplintirkan pakai alfajr-5, ketika rakyat gaza besimbah darah eh ini si nasrullah hezbullah malah kirim kirim sms nyuruh nyuruh orang islam baca ini baca itu, padahal jarak hezbullah ke israel kan sangat dekat. mana brigade berani mati-nya hehehe sudahlah..bu….jangan jeruk makan jeruk

    • dinasulaeman berkata:

      ya orang2 kayak Anda gini nih, bebal, dikasih penjelasan ilmiah ga mempan, yang bikin umat islam sampai skrg terpuruk terus. jadi gini ya, menganalisis konflik itu pakai data2 yg valid, buka cerita2 gosip ini itu dari situs2 ga jelas. Misalnya, coba baca pernyataan khaled meshal yg terbaru, berterimakasih sama iran, atau baca track record hizbullah selama ini dlm mengusir Israel dr Lebanon, dll. Kalau perlu, cari jurnal-jurnal ilmiah yg ditulis lembaga-lembaga penelitian yang kredible. komen Anda saya loloskan hanya utk ngasih bukti aja bhw memang benar banyak orang bebal yg berpikiran begini, makanya saya nulis, eh, tetep aja bebal, ngga ngefek…

      • R.C. berkata:

        dear ibu dan orang bebal,

        emang bebas berkomentar mau komentar apa aja bisa.

        tapi,

        anda tau katak dalam tempurung? mungkin dia abis baca teori konspirasi soal hubungan iran dan israel di forum makanya pikiran dia melayang-layang.

        terlalu banyak mengkhayal soal konspirasi bisa mengakibatkan pikiran melayang-layang, bu.
        dunia jadi berubah ketika banyak membaca teori konspirasi.

        lanjutin terus, bu. saya suka gaya anda menulis.

      • rudolfo berkata:

        cuekin aja bu comelan si wahabi tukang ngbom masjid

    • sukman berkata:

      Untuk bang Ali Shaleh…..anda itu bego kali ya???yang namanya perang itu butuh strategi,iran dalam posisi bertahan krn kekuatan militernya blum bgtu kuat,semangat perang dr iran itu semata mata pengobar semangat persatuan bagi bangsa muslim untuk melawan israel….asal anda tau selama ini yg mendanai hizbullah dan hamas siapa???kan iran yg mendanai,……anda itu kalo pengetahuannya masih kurang jangan asal ngomong….istigfar ya!!!

    • twitku berkata:

      @Ali Shaleh :
      Mas Ali saudaraku…Kapankah kita akan keluar dari pemikiran2 parsial dan tetap di dalam labirin pemahaman seperti ini ?
      Sampai kapankah isu2 perbedaan mazhab akan mengadu domba kita sesama muslim ?
      Harus berapa banyak lagi darah yg tumpah hanya karena perbedaan mazhab ?
      dan sampai kapan kah sikap fanatisme buta kita menjadikan kita tidak memiliki hati ?

      Wallahu Alam…

  5. tikwan berkata:

    Ulasan yang membuka tabir. Saya yakin, perjuangan Iran adalah perjuangan nasional, sehingga hitungannya sangat didasarkan pada kepentingan nasional mereka. Sedangkan perjuangan Islam adalah jenis yang lain, dan sampai saat ini belum memiliki formulasi yang meyakinkan. Islam tidak punya kaitan dengan nation, sebab ia berurusan dengan tauhid, perjuangan manusia untuk jadi muslim kaffah, dan lokusnya bisa di ibu kota Israel sendiri, atau bahkan di sekitar Wall Street. It’s irrelevan to talk about Islam movement today with military force.

  6. Juli Ramadhan berkata:

    Terima kasih Bu Dina, terjawab sudah pertanyaan di benak saya: “Mengapa Iran tak menyerang Israel, dan Israel Tak Juga Menyerang Iran?” plus sebuah quote yg berharga: “… perjuangan melawan Israel bukanlah perjuangan Iran saja. Ini seharusnya menjadi perjuangan bersama semua negara-negara muslim. Dan inilah yang terus diupayakan para pemimpin dan ulama Iran melalui berbagai statemen dan orasinya: membangkitkan kesadaran dan semangat juang kaum muslimin sedunia; sambil terus berupaya memperkuat profil militernya. Ini bukanlah omdo (omong doang), tapi upaya yang memang harus dilakukan sebelum mencapai kemenangan.”

  7. andi berkata:

    Usul aja:
    Sertakan footnote rujukan (link, buku, dllsbgnya) untuk quote dan data2nya. Barangkali pembaca membutuhkannya.

    • dinasulaeman berkata:

      minimalnya dalam tlsn ini saya pakai dua jurnal (hasil penelitian). sy menuliskannya dg ‘ringan’ supaya mudah dicerna pembaca, dan kalau mau menelaah lebih lanjut data2nya bisa download hasil penelitian CSIS tsb (yg saya kutip di tulisan), juga jurnal soal Soft Power Iran. soal foto, link. dll.. browsing ajalah sendiri, masa semua musti ‘disuapin’.

  8. Abdullah Syahab berkata:

    Ukhti Dina kupasan anda benar2 luar biasa, walaupun ada Manusia seperti Ali shaleh yg kopasannya lucu,dan lugu, kita harus memaklumi pd Manusia seperti itu !!! karena wawasan nya , dikuasai oleh kebencian sebagaimana ALLAH SWT katakan dalam Al-Quran bagaimana bebalnya Yahudi zionis !!!

  9. Maskun berkata:

    Maaf mohon pengen ikut nimbrung, artikelnya cukup menarik… namun semua statement (termasuk bantahan) dalam tulisan ini hanya dijelaskan dengan analisis politik saja, dan sayangnya banyak yg masih bersifat opini… kecuali ttg minyak yg di alirkan ke israel..
    jadi… krn opininya lebih terasa kental daripada fakta,
    sehingga rasanya ada yg kurang lengkap…ditambahkan lagi karena keengganan menolak mengaitkan analisisnya dgn agama, semakin membuat artikel ini menjadi hambar, saya sebagai pembaca tidak terpuaskan….
    Kalau mau di kembangkan ke arah agama termasuk, organisasi dunia yg mendukung dll… mungkin akan bisa di lihat ujung pangkal simpul2nya… kenapa US dan IRAN tidak akan pernah berperang…

    • dinasulaeman berkata:

      oya? opini saja? coba baca ulang baik2. minimalnya dalam tlsn ini saya pakai dua jurnal (hasil penelitian). sy menuliskannya dg ‘ringan’ supaya mudah dicerna pembaca, dan kalau mau menelaah lebih lanjut data2nya bisa download hasil penelitian CSIS tsb (yg saya kutip di tulisan).

  10. agung berkata:

    Bagus bagus ulasannya bos..

  11. NJM berkata:

    analisa sy kenapa
    amerika n israel tdk menyerang IRAN?
    yg terpenting adalah dikrnakan ketakutan mereka akan timbulnya gelombang pergerakan diseluruh dunia utk melawan amerika
    amerika mengetahui bhw ummat islam syiah n simpatisan syiah berada dlm satu ketaatan n satu komandan
    sehingga apabila ayatullah sayyid ali khamenei membuat fatwa utk berperang melawan US,maka disitulah keptus asaan US n kroni nya
    buat amerika trhdp IRAN apabila mereka terdesak,cukup buat mereka utk melesakan 2-3 bom nuklir ke IRAN,tp tdk utk seluruh dunia

  12. hanif berkata:

    wal hasil palestina sudah banyak korban yang berjatuhan, apa kita hanya mengkaji dan mengkaji, ayo kalau kalian berani datanglah kesana berjuang langsung, jangan omong doang… palestina tidak butuh omongan dan kajian-kajian teoritis, butuh kajian nyata. iran apa yang ditunggu? nunggu rakyat palestina (yang nota bene muslim) habis? jihad tidak harus menunggu yang lain, …

    • dinasulaeman berkata:

      heran deh.. udah dijelasin panjang lebar KENAPA, tetep membantah dg argumen yg sama.. kalau mau debat, kasih argumen bantahan dong, bukannya mengulang2 argumen yg sudah dibantah.

  13. novi berkata:

    ah biasa dah dengar iran dan paramulah,hamas,hizbulah,alqaeda cuma omdo.ngaku kuat.menang dll.pas di serbu keok byk mati.trus merengek ke masyarat internasional.macam fpi braninya dijakarta ke kalimantan mau di penggal eh ngacir.kataxa gk takut,syahid.itu cuma bualan doang

  14. iwanoel berkata:

    Karena Israel tidak menyerang Iran secara langsung buat apa Iran menyerang/berperang melawan Israel ? Yang masuk akal adalah bagaimana negara2 muslim membantu Palestina Hamas memperkuat militer dan ekonominya. Ada pepatah bahwa kalau mau damai bersiaplah perang.Artinya apabila dua negara seimbang kekuatan milternya, maka kedua belah pihak akan pikir2 untuk berperang. Kenapa Israel sering menyerang Palestina, krn militer Palestina sangat lemah. Saya dengar Iran secara diam2 membantu Hamas baik secara finansial maupun peralatan militer. Bahkan dalam konstitusi Iran terdapat kewajiban membantu Palestina. Apakah ini benar mba Dina ?

  15. Insan Prayoga berkata:

    sebelumnya saya ingin mengapresiasi tulisan ini. Topik konflik Iran-Israel memang selalu menarik untuk dibahas. Namun sayangnya ada beberapa kritik dan saran yang saya ingin sampaikan. Mudah-mudahan anda tidak keberatan. saya menyayangkan tidak adanya penulisan quotation/citing yang tepat, merujuk pada klaim anda soal keilmiahan tulisan ini, contohnya, saat anda mengutip Anthony Cordesman, sebaiknya sertakan judul artikel/penelitian, tahun publish dan halaman. begitu juga ketika anda menjelaskan soal Hard Power dan Soft Power. Dalam studi hubungan internasional, pemahaman Hard Power dan Soft Power memiliki banyak mahzab, bagi kaum realist seperti Kenneth Waltz dkk, Hard Power hanya sebatas military capability, sebaliknya bagi kaum liberalis seperti Joseph Nye, Hegemoni ekonomi juga masuk kedalam Hard Power. Begitu juga soal Soft Power, saya jujur tidak paham penjelasan anda soal Soft Power, karena jika teknologi yang dianggap soft power, maka teknologi militer sebetulnya sudah masuk Hard Power. itulan pentingnya menulis dengan baik, teori mana yang anda rujuk? pendekatan mana yang anda gunakan? siapa tokoh yang anda kutip? sayangnya tidak jelas. Maaf, kalau kata dosen saya dulu, tulisan yang ditulis tanpa memenuhi kaidah keilmiahan itu tidak lebih dari mengarang bebas.

    • Insan Prayoga berkata:

      Ah.. dan saya baru tahu anda alumni S2 Hubungan Internasional Unpad, kebetulan, saya menyarankan jika ingin mengkaji lebih jauh soal teori Power dalam HI, Dr. Arry Bainus sangat capable, dan jika ingin mengaitkannya dengan security studies di Timteng, Prof Yanyan Moch. Yani yang terbaik di Unpad. Semoga membantu. salam.

    • dinasulaeman berkata:

      Silahkan baca2 tulisan saya yg lain di blog ini, sebagian ada yg MEMANG karya ilmiah (paper) dan isinya mengikuti kaidah penulisan paper krn umumnya paper2 itu sy tulis sebagai tugas kuliah (saya lulus cumlaude di S2 HI, alhamdulillah).
      Sebagian besar tulisan di blog ini ditulis dgn gaya blog, singkat, ringan, dengan tujuan agar mudah dicerna pembaca. Sumber rujukan sudah saya tuliskan di dalamnya, antara lain penelitian Cordesman CSIS dan soal soft power Iran. Buat pembaca yg ingin menjajaki lebih jauh, gampang saja, tinggal cari di google, ada kok PDF-nya.
      Analogi lain, coba baca artikel2 analisis yg ditulis para pengamat di media massa, apa pakai data2 rujukan yg lengkap ala makalah ilmiah? Tidak kan? Kalau nulis utk jurnal, tentu saja harus memenuhi syarat2 penulisan jurnal.

      Menulis itu sesuai dg audiens, bung. Audiens yang saya tuju adalah para blogger, bukan dosen di kampus. OK?

      • suherboy berkata:

        Tapi tanpa menghilangkan sumbernya yg detil dong bu dina seperti yg di katakan juli rahmadhan.. Jadi tulisan ibu lebih ilmiah..

  16. irene teng berkata:

    emangnya dina lagi bikin skripsi or nulis buku jd musi ngelengkapin footnote, judul artikel, halaman, th penerbitan, warna cetakan sampul bla bla bla? emangnya anda mau cek ricek tetek bengek itu semua? or anda mau nebeng sumber infonya dina gitu? udah cukup bliau ngasih data sumber, silakan anda brosing sendiri. anda kan punya jaringan internet. pliss deh….. cape……….

  17. rahma berkata:

    1. tidak ada yg terlalu jauh buat amerika dan sekutu.. afganistan jauh.. irak jauh..
    2. kenapa Hamas berterima kasih ke Iran..? karena prinsipnya lebih baik nambah teman jika dibanding nambah musuh..
    prinsipnya kalo dibanding israel, amerika dan sekutu tentu lebih baik iran.. wallahu a’lam..

    • dinasulaeman berkata:

      luar biasa, saya udah nulis panjang lebar soal kalkulasi jika AS mengobarkan perang trhdp Iran (dan itu berlandaskan hasil penelitian pakar militer AS sendiri), eh dibantah dg kalimat ini ” tidak ada yg terlalu jauh buat amerika dan sekutu”
      ya terserah mbak aja deh 🙂

  18. aan berkata:

    saya setuju dgn @rahma
    mnrt saya iran hanya berkamuflase saja saat “menyerang” AS dan israel. makanya Hamas juga cuma berkamuflase aja ketika mengucapkan terima kasih ke iran
    wallahu a’lam

    • dinasulaeman berkata:

      Saya heran sekali dgn komen2 semacam ini.. saya nulis panjang lebar dg analisis ini-itu, tapi malah seolah2 lagi ngomong sama tembok. Anda bisa lebih ilmiah lagi nggak, misalnya kasih data bantahan, atau apa gitu, selain ‘perkiraan’ atau ‘perasaan’ lalu ujungnya ditutup dengan ‘wallahu a’lam’.
      Tapi untungnya sih pembaca yang cerdas masih lebih banyak 🙂

  19. iwanoel berkata:

    Mas/mba aan alangkah berlelah-lelah dan buang waktu/tenaga saja selama 30 th lebih Iran vs Israel/AS bermain sandiwara musuhan ? Kalau menurut logika dengkul anda bhw Iran adalah sekutunya Israel/AS, barangkali pertama kali dlm sejarah bhw AS cs melakukan embargo total terhdp sekutunya sendiri, padahal embargo total yg dilakukan AS cs atas Iran adalah real dan faktual (bukan sandiwara). Kmd kalau memang Iran (sbg salah satu negara Timteng) adalah sekutunya, alangkah bodohnya AS tdk cepat2 membangun pangkalan militernya spt dibuatnya di Arab Saudi untuk lebih mampu mengontrol kawasan Timteng. Tapi kok kenyataannya tdk demikian.
    Nah makanya gunakanlah akal sehat yg dikaruniakan Allah kpd kita.

  20. Zhang Zan Feng berkata:

    Mungkin perlu dibikin juga tulisan kenapa Arab Saudi, UEA, Qatar dan negara kaya Arab lainnya juga tidak menyerang Israel bahkan mungkin membantu logistik untuk rakyat Palestina pun tidak, padahal mereka punya banyak senjata juga yg dibeli dari Amrik.

    • Juli Ramadhan berkata:

      @Zhang Zan Feng
      Sikap negara-negara Arab: Saudi, UEA, Qatar dst. seperti itu tidak terlepas dari sejarah Revolusi Arab dahulu. Secara langsung maupun tidak, mereka bisa berkuasa saat ini atas jasa barat dan sekutunya dahulu saat bersama-sama melawan Kekaisaran Ottoman Turki.

  21. andi berkata:

    to iwanoel
    jadi iran di isolir oleh AS ya…..
    hmmm, itu hanya akal2an peminpin iran aja biar tetep jadi penguasa di iran…… selamanya…… tau sendiri kan pemimpin tertinggi di iran adalah pemimpin spiritualnya.. nah biar dia tetep jadi pemimpin iran terus maka di tutup deh iran dari dunia ini.. kasian juga sih rakyat iran sebenernya..
    demikian. harap membuka mata bung…..

    • dinasulaeman berkata:

      yah..lagi2 ketemu sama tembok deh gw… udah dikasih argumen ini itu yg ilmiah, teteuuup aja ngotot sama tuduhan tanpa dasar.

      • uhan ruhan berkata:

        Saya baru kali pertama buka dan baca ulasan mbak dina..! Salut akan ketegaran dan istiqomahnya,walau digempur dg beberapa argumen yg seakan menaifkan,sehingga muncul istilah ‘bebal’,’tembok’ dll. Yang pasti kajian masalah Timur Tengah akan selalu menarik tuk dibahas.

  22. dinasulaeman berkata:

    @semua pengunjung yang sepakat dengan isi tulisan ini:
    terimakasih atas komentar dan dukungannya, serta tambahan pemikirannya… mohon maaf tdk sempat saya komen satu persatu.
    sekedar info, tulisan ini cukup banyak mengundang pengunjung yg mau repot2 menuliskan caci-maki, tuduhan tak berdasar, atau sanggahan singkat yang nggak mutu. Sebagian saya loloskan, dan saya balas dengan ‘bercanda’, tapi sebagian tdk saya loloskan karena gak ada gunanya.

    Saya setuju sekali dengan kata2 berikut, yang konon dari Ustad Felix (saya dapat copas dari teman):
    Waktu kita terlalu berharga untuk mendebat orang-orang yang memang tidak ingin mencari kebenaran. ….Bila kita menemui komentar apapun di internet, maka ada dua pilihan: 1) bila kita suka kita baca dan amalkan, 2) bila kita tidak suka tutup saja.

    Yang komennya nggak saya loloskan, saran saya, tulis komen yang bermutu (bermutu itu berarti tidak harus setuju dengan pendapat saya); kalau cuma sekedar caci-maki atau sebaris dua baris kalimat ‘tembok’ sih, emang gak perlu pake mikir. Rugi banget saya kalau harus cape2 mikir, untuk mengomentari balik orang-orang model begini.

    Wslm

  23. rudolfo berkata:

    yg bikin syiah dan suni saling bermusuhan adalah wahabi yg di sokong agen agen inggris dan zionis. Timteng trus bergejolak selama sunni dan syiah belum sadar bahwa mreka sdang di adu domba

  24. Hasan berkata:

    Hebat dan Luar biasanya Iran memang benar janji Allah SWT

  25. Achyar Alhadri berkata:

    masuk akal juga..Tentara Islam dibuat dg mengutamakan prinsif untuk membela diri ( defensif ) bila terjadi serangan..

Komentar ditutup.

Arsip 2007 ~ Sekarang