Kajian Timur Tengah

Beranda » Uncategorized » Kisah di Pantai Gaza

Kisah di Pantai Gaza

New Release 2013

Prahara Suriah

New Release (2013)

"journey to iran"
"doktor cilik"
"princess nadeera"
"doktor cilik"
ahmadinejad

Source of photos: Facebook Mahmoud Qaddoha, Instagram @m.z.gaza @ahmed.kamal_89

Tanggal 29 November adalah Hari Internasional Solidaritas dengan Bangsa Palestina (International Day of Solidarity with the Palestinian People).

Kisah tentang Palestina sebenarnya bukan cuma tentang air mata, tapi juga tentang spirit anak-anak muda yang tak pernah padam. Berikut ini adalah foto-foto dari para jurnalis fotografi di Gaza. Anda bisa follow akun mereka untuk menikmati foto-foto indah karya mereka. Gaza memang kawasan yang mengalami penderitaan luar biasa akibat blokade dan serangan bombardir Israel. Tapi ada “keindahan” yang ditangkap oleh para jurnalis ini, keindahan tentang semangat hidup, pantang menyerah di hadapan kekuatan “negara kolonial pemukim” (settler colonialist).

Foto-foto pantai Gaza ini saya pinjam dari akun jurnalis Gaza, Mahmoud Qaddoha, Mohammed Zaanoun, dan Ahmed Kamal.

Pantai Gaza juga merupakan scene yang banyak diceritakan Kirana dalam novelnya “Sketsa Gaza”. Ini salah satu kutipannya:

Waktu terbaik mengunjungi pantai Gaza adalah di pagi hari, ketika tidak ada terlalu banyak pengunjung yang membuat suasana berisik dan sesak. Banyak orang datang ke sini untuk berenang dan melepaskan rasa panas di musim ini ketika kipas angin dan mesin pendingin di rumah mereka tidak menyala karena pemutusan listrik. Tapi aku tidak butuh berenang, aku hanya suka memandangi laut lebih dekat dibanding dari jendela apartemenku. Aku butuh momen-momen hening, hanya deburan ombak yang berbicara, dan di saat itu aku bisa lari dari hari-hari membosankan, dari suara-suara drone dan ingatan tentang Baba.

Sungguh aku merasakan perbedaan kontras antara sepotong pantai Mediterania ini dan realitas hidup di tengah kota; sebuah perbedaan antara sorai dan keputusasaan.

Michael mengajakku ke sini selagi Mama sedang berkegiatan di MC-RRW. Aku tahu betul dia hendak memamerkan kemampuannya berselancar yang semakin canggih dari hari ke hari. Dia memang lelaki yang suka pamer; bukan kekayaan tapi remah-remah kebahagiaan yang ia alami sehari-sehari. Bermain selancar, dapat kiriman buku dari saudara di luar negeri, sekeranjang buah aprikot yang ia petik sendiri, bayaran kecil dari mengemudi ambulans, memenangi game dengan teman-teman lelakinya, dapat pujian kecil dari Father de Silva karena ia rajin ikut pelayanan. Semua hal-hal kecil itu ia ceritakan padaku.

Salah satu jalinan kisah di novel ini memang “kasih tak sampai” antara dua anak muda Gaza, seorang Muslimah (Dian) dan seorang Kristiani (Michael). Yang berminat baca novelnya, masih ada di Shopee

Arsip 2007 ~ Sekarang