Kajian Timur Tengah

Beranda » Amerika » Upaya Penggulingan Rezim di Venezuela, Suriah, dan Iran

Upaya Penggulingan Rezim di Venezuela, Suriah, dan Iran

New Release 2013

Prahara Suriah

New Release (2013)

"journey to iran"
"doktor cilik"
"princess nadeera"
"doktor cilik"
ahmadinejad
https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/1812391585926100

Sebenarnya, sudah banyak yang tahu bahwa AS melakukan operasi penggulingan rezim di berbagai penjuru bumi. Sudah sangat banyak buku, report, paper, dan artikel membahas hal ini. Indonesia pun pernah mengalaminya (era Presiden Sukarno).

Tapi, baru-baru ini, kudeta yang didalangi AS kembali ramai dibahas publik. Pasalnya, 13 Juli yll, seorang mantan pejabat tinggi AS mengakui di wawancara live dengan CNN bahwa AS memang mendalangi kudeta di banyak negara.

Namanya John Robert Bolton (lahir 20 November 1948). Dia pernah jadi orang penting di berbagai era kepresidenan AS. Tahun 1985-1989, ia menjabat sebagai Asisten Jaksa Agung Amerika Serikat era Presiden Reagan. Dia menjadi Duta Besar AS untuk PBB 2005-2006 (era Bush). Sebelumnya, tahun 2001-2005, ia menjadi Wakil Menteri Luar Negeri untuk Pengendalian Senjata dan Urusan Keamanan Internasional. Bolton adalah salah satu arsitek Perang Irak. Ingat, invasi Presiden Bush ke Irak yang akhirnya menggulingkan Saddam Hussein diluncurkan tahun 2003.

Era Trump, Bolton menjabat sebagai Penasihat Keamanan Nasional (2018-2019). Dia berulang kali menyerukan penghentian kesepakatan nuklir Iran dan akhirnya AS menarik diri dari JCPOA pada Mei 2018.

Tanggal 13 Juli, Bolton diwawancarai Jake Tapper dari CNN, live. Awalnya, Bolton ingin membela Trump, katanya, kerusuhan 6 Januari (dimana supporter Trump menyerbu Kongres untuk menggagalkan sertifikasi pemilihan Joe Biden) bukanlah KUDETA.

Menurutnya, kudeta itu ga gampang. Persiapannya panjang.

Jack Tapper menjawab, “Maaf, bukankah kudeta itu tidak harus dilakukan orang pintar…?”

Bolton berkata, “Saya tidak setuju. SEBAGAI SESEORANG yang TELAH membantu MERENCANAKAN kudeta, bukan di AS, tapi di TEMPAT-TEMPAT LAIN, dibutuhkan banyak pekerjaan… “

Beberapa saat kemudian, Tapper kembali mengejar, meminta Bolton bicara lagi soal kudeta yang pernah dilakukannya, tapi ia berkelit, “Saya tidak akan membahas secara spesifik.”

Tapper mendesak, “Coba ceritakan kudeta yang sukses.”

Bolton tersenyum dan menjawab, “Saya menulis tentang Venezuela di dalam buku dan [kudeta] ini tidak berhasil.”

ARTINYA: Bolton mengakui bahwa kejadian 2019 di Venezuela itu memang upaya kudeta. Padahal, pada April 2019, Bolton mengatakan bahwa yang terjadi di sana bukan kudeta. Pada waktu itu, AS mendukung pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido, agar militer mendukung upayanya (yang akhirnya gagal) untuk menggulingkan presiden sosialis, Nicolas Maduro, dengan alasan hasil pemilu tidak sah.

Di video yang lain, jurnalis The Independent mewawancarai Bolton, menanyakan soal banyaknya serangan/kecelakaan fasilitas nuklir Iran. Ia menanyakan siapa pelakunya.

Bolton menjawab, “Sudah pasti Israel dan negara-negara Arab. Saya sampaikan pada mereka, semoga berhasil! Lanjutkan!”

Soal Suriah, Bolton tercatat pernah menolak memulangkan tentara AS dari Suriah, padahal sebelumnya Trump sudah menyatakan akan menarik mundur tentaranya. Hingga hari ini, tentara AS masih terus bercokol di Suriah, terus mencuri minyak dan bahkan gandum Suriah.

Senator AS, Richard Black, blak-blakan mengatakan, “AS mencuri gandum Suriah untuk menciptakan kelaparan… Pencurian minyak dan gas Suriah oleh AS adalah membuat warga sipil mati kedinginan.”

Tujuan akhirnya? Tentu saja untuk menggulingkan rezim Suriah yang memang sangat mbalelo, menolak damai dengan Israel. Dokumen CIA tahun 1980-an sudah menyebutkan rencana AS untuk menggulingkan rezim di Suriah demi Israel.

Anehnya, di Indonesia, ada saja golongan yang buta-tuli otak dan nurani, ga mempan dikasih tahu, dan terus saja membangun halusinasi yang mendukung agenda AS (padahal mereka ini selalu mengaku paling-Islam dan paling-pro-Palestina):

-“Sunni dibantai rezim Assad yang Syiah di Suriah” (lalu mereka dukung para “jihadis” dalam menggulingkan Assad, dengan impian membangun “khilafah”)

-“Sunni direpresi rezim Syiah Iran; Syiah Iran sebenarnya di balik layar bersekongkol dengan Israel untuk melawan Islam.”

Mereka itu pula yang dengan bodohnya merogoh kocek, demi membantu “mujahidin.” Yang lebih bodoh lagi, ada yang menjual harta bendanya, lalu dikasih ke makelar yang memberangkatkan mereka ke Suriah, lalu mati di sana.

Yang masih hidup, sekarang merengek-rengek kepada pemerintah, minta dipulangkan ke tanah air: INDONESIA.

Arsip 2007 ~ Sekarang